Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Reproduksi Orang Muda Diabaikan

Kompas.com - 03/11/2011, 06:43 WIB

Maria Hartiningsih

Populasi dunia telah mencapai tujuh miliar jiwa, dan jarak tiap kenaikan satu miliar melesat lebih dari 10 kali sejak jarak kenaikan miliar pertama ke miliar kedua (1804-1927). Namun, hak-hak dan kesehatan reproduksi dan seksual atau RSHR masih terus dipinggirkan.

Peningkatan menjadi dua miliar dari satu miliar penduduk dunia tahun 1804 butuh 123 tahun pada tahun 1927. Akan tetapi, hanya butuh 12 tahun dari enam miliar menuju tujuh miliar, pada 31 Oktober 2011.

Masalah kependudukan tak bisa dipisahkan dari RSHR. Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo, Mesir, tahun 1994 secara eksplisit mengaitkan kesehatan reproduksi dan seksual dengan hak asasi manusia.

Persoalannya, kata ’reproduksi’ dan ’seksual’, ditambah ’hak’, dan dikaitkan dengan orang muda, mengandung konotasi negatif. Benturan antara moral (agama) dan realitas sosial membuat RSHR menjadi wilayah kontestasi paling serius.

Dalam konteks itu, Konferensi Asia-Pasifik ke-6 mengenai Hak-hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (APC RSHR ke-6) di Yogyakarta, 19-22 Oktober 2011, menjadi penting. Apalagi dalam Laporan Tahunan Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Aktivitas Populasi (UNFPA) 2011, The State of World Population: People and Possibilities, terlihat kecenderungan penuh paradoks.

Penduduk dunia akan terus bertambah meski angka pertumbuhan penduduk ditekan. Penduduk dengan usia di bawah 25 tahun jumlahnya mencapai 43 persen dari populasi, bahkan di beberapa negara mencapai 60 persen.

Terus diabaikan

Menurut Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, upaya memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi dan seksual, disertai promosi keadilan jender dengan prinsip non-diskriminasi, kesetaraan dan kewajiban negara adalah komponen penting dalam upaya penghapusan kemiskinan.

Namun, seperti dikemukakan Ketua Panitia APC RSHR, Dr Muhajir Darwin, Negara tak banyak berbuat untuk memecahkan masalah terkait kesehatan reproduksi orang muda. Kalau- pun ada, tindakan itu tidak melindungi hak-hak dan martabat korban. ”Cara pemerintah menanggapi persoalan terkait masalah seksual lebih berbasis pada ’salah dan malu’,” tegasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com