Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sel Otak Penyandang Autisme Lebih Banyak

Kompas.com - 09/11/2011, 09:36 WIB

KOMPAS.com - Tabir misteri pemicu autisme pada anak semakin terkuak. Para ilmuwan dalam riset terbaru menemukan, anak-anak autis pada umumnya memiliki otak yang lebih berat dan sel-sel otak yang berlebihan.

Selama lebih dari satu dekade para ilmuwan memang sudah lama mencurigai bahwa gangguan autisme disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak yang tidak normal.

Studi sebelumnya menunjukkan, anak autis memiliki ukuran kepala lebih besar dan otak. Selain itu bagian otak yang penting untuk memroses emosi, komunikasi dan sosial berkembang berlebihan.

Dalam studi terbaru yang dimuat dalam the Journal of the American Medical Association para ilmuwan menegaskan hal tersebut.

Penelitian dilakukan pada otak 13 anak laki-laki usia 2-16 tahun. Otak mereka didonasikan untuk penelitian setelah anak-anak itu meninggal.

Menggunakan teknik mikroskopik para peneliti menghitung jumlah sel otak atau neuron di otak anak-anak itu. Sebanyak 7 anak menderita autisme dan 6 anak tidak.

Para ilmuwan menemukan bahwa otak anak autis memiliki neuron di area cortex prefrontal 67 persen lebih banyak. Area itu berkaitan dengan fungsi sosial, emosional dan proses komunikasi, fungsi yang terganggu pada anak autis. Otak anak autis juga memiliki berat 17,5 persen lebih berat dibanding anak tanpa gangguan ini.

Menurut Eric Courchesne, ketua peneliti, perkembangan neuron di area prefrontal cortex terjadi saat kehamilan.  Saat janin berkembang di kandungan terjadi pertumbuhan berlebihan sel otak, terutama di usia 10-20 minggu kehamilan. Pertumbuhan itu diikuti oleh ledakan dan separuh sel-sel otak mati sehingga saat lahir bayi memiliki ukuran otak yang normal.

Para ilmuwan mengatakan siklus tersebut membuat otak mengatur dirinya dan sel-sel otak saling tersambung satu sama lain. Namun jika terjadi pertumbuhan berlebihan, koneksi antar sel otak ini akan terganggu.

"Sudah banyak bukti yang menyebutkan sambungan antar sel otak ini terganggu pada anak autis. Jika jumlah neuron banyak yang mati bagaimana mereka akan tersambung," kata Dr. Kate McFadden, neuropathologis dari Universitas Pittsburgh Medical Center.

Para pakar mengingatkan bahwa riset ini masih dalam tahap awal dan tidak bisa diterapkan pada anak-anak dan keluarga yang sekarang menderita autis. Meski demikian, hasil riset tersebut membuka harapan baru akan cara yang tepat untuk mendeteksi autisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com