WASHINGTON, KOMPAS.com - Penggunaan akupunktur sebagai metode pengobatan alternatif untuk membantu mengatasi masalah kesehatan anak belum banyak dilakukan di Tanah Air.
Terapi yang merupakan bagian dari kedokteran tradisional Tingkok ini memang tampak sedikit menyeramkan bagi pasien. Pasalnya, pengobatan menggunakan jarum-jarum kecil yang ditusukkan ke dalam permukaan kulit di sejumlah titik tertentu.
Meski tampak menyeramkan, metode pengobatan tradisionel ini ternyata dinilai aman bagi anak-anak. Para ahli Kanada seperti yang dimuat dalam jurnal Pediatrics edisi online, Senin (21/11) menyatakan terapi akupuntur relatif aman untuk anak-anak selama itu dilakukan oleh praktisi yang tepat dan terlatih.
Kesimpuan itu dinyatakan peneliti dari University of Alberta setelah mengkaji data dari 37 studi mengenai akupuntur selama 60 tahun. Studi-studi ini melibatkan anak-anak dari yang baru lahir sampai yang berusia 17 tahun dan meneliti kaitan antara tusuk jarum dan beragam kasus mengenai efek buruknya bagi anak-anak.
Mereka menemukan, dari 279 kasus yang diidentifikasi, 253 bersifat ringan, satu sifatnya sedang dan 25 sifatnya serius. Dampak serius meliputi pendarahan, infeksi dan gangguan jantung serta paru-paru.
Namun peneliti menyatakan, dampak serius yang timbul berkaitan dengan kondisi sub-standard dari penyedia perawatan, dan bukan akibat dari teknik akupunktur itu sendiri. Para peneliti menyimpulkan, di tangan tenaga yang terlatih, terapi akupunktur pada anak-anak aman.
Akupunktur sendiri sudah hadir sejak ribuan tahun lalu, dan teori tradisional China menyatakan penempatan jarum membantu keseimbangan aliran energi tubuh, yang disebut "qi". Akupunktur biasanya digunakan untuk mengobati beragam keluhan seperti sakit kepala, migren, nyeri punggung dan persendian, kram, dan mual akibat kemoterapi. Di Amerika Serikat, praktik akupuntur pada anak-anak sudah banyak dilakukan dengan jumlah estimasi per tahunnya mencapai 150 ribu anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.