Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghitung Biaya Ekonomi Pengobatan Kanker

Kompas.com - 23/11/2011, 11:39 WIB

Kompas.com- Kanker saat ini menduduki peringkat kedua dalam penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian di Indonesia. Yang jadi masalah, pengobatan kanker masih sangat mahal. Bukan hanya harga obatnya, tapi juga biaya sosial ekonomi yang harus ditanggung pasien dan keluarganya.

Untuk mengetahui berapa biaya riil dari pengobatan kanker tersebut perusahaan farmasi Roche melakukan studi ACTION (Asean Cost in Oncology) di negara-negara Asean dengan melibatkan 10.000 responden. Di Indonesia, Roche bekerjasama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI).

Menurut Hasbullah Thabarany, Guru Besar FKM-UI, studi ACTION di Indonesia akan dilakukan melalui survei terhadap 2.400 responden dan dimulai awal tahun depan. "Para responden studi ini adalah pasien yang didiagnosa menderita kanker pada bulan Januari 2012," katanya dalam acara temu media di Jakarta (22/11).

Ia menjelaskan biaya pengobatan yang dihitung dalam survei ini meliputi harga obat yang harus dibayar, perawatan di rumah sakit, serta biaya sosial ekonomi, seperti biaya transport dan nilai produktivitas yang hilang karena pasien dan keluarga harus menunggu selama perawatan.

"Karena pusat perawatan kanker terbatas, pasien harus mengeluarkan ongkos tak sedikit untuk mencapai rumah sakit. Biaya sosial ekonomi makin meningkat jika yang sakit adalah pencari nafkah dalam keluarga," paparnya.

Survei akan dilakukan terhadap pasien yang dirawat di 8 pusat kanker di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan. Survei akan dilakukan serentak di seluruh negara peserta studi pada bulan Januari kemudian diukur lagi 3 bulan kemudian, lalu setahun kemudian.

Hasbullah mengatakan, mahalnya biaya pengobatan kanker dan rendahnya angka harapan hidup pasien membuat masyarakat menganggap diagnosa kanker sebagai lonceng kematian.

"Dalam rancangan RUU Jaminan Kesehatan ada pejabat publik yang meminta agar kanker tidak termasuk dalam penyakit yang ditanggung asuransi. Padahal meski angka kematian tinggi tapi tetap ada peluang. Sekitar 5 persen pasien bisa bertahan hidup lebih dari 5 tahun," kata Ketua Perhimpunan Ahli Manajemen dan Asuransi Kesehatan Indonesia ini.

Ia menambahkan, nantinya hasil studi ACTION ini bisa memetakan secara jelas berapa biaya pengobatan kanker yang harus dikeluarkan masyrakat. "Semoga ini bisa memengaruhi para pengambil keputusan agar penyakit kanker jangan diabaikan," imbuhnya.

Selain itu melalui hasil survei ini diharapkan ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan upaya deteksi dini kanker dan pengobatan awal agar harapan hidup pasien lebih tinggi lagi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com