Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begadang Memicu Mimpi Buruk

Kompas.com - 06/12/2011, 11:26 WIB

KOMPAS.com - Sebagian besar orang dewasa pernah bermimpi buruk setidaknya sekali dalam sebulan. Mimpi buruk bisa membuat kita tiba-tiba terbangun, merasa pusing, lelah dan tidur jadi tidak bermutu. Konsumsi obat, gen tidak sempurna, penyakit saraf degeneratif seperti alzheimer, dan peristiwa traumatis bisa menyebabkan mimpi buruk. Begadang dan stres juga mudah terbawa hingga malam dan muncul dalam bentuk mimpi buruk.

Orang dengan kepribadian terbuka dan sensitif, mungkin memiliki batas tipis antara mimpi dan kenyataan. Karena itu, kejadian buruk di siang hari bisa hadir ketika malam dalam rupa mimpi buruk.

"Mimpi buruk adalah mimpi yang bersifat disfungsional," kata Dr. Sylvia D. Elvira, Sp.KJ(K), spesialis kesehatan jiwa dari RS Sahid Sahirman, Jakarta.

Saat kita berusaha menenangkan perasaan dan meredakan emosi negatif, otak memprosesnya. Dan proses itu justru muncul saat kita tidur lewat mimpi buruk. "Jika Anda mengalami kecelakaan mobil misalnya, Anda mungkin tidak dapat segera mengatasi rasa trauma dan emosi negatif yang muncul. Mimpi buruk pun akan mudah muncul," katanya.

Mimpi buruk menurutnya adalah tangisan dalam bentuk lain. Terkadang mimpi buruk bisa membantu seseorang mencari resolusi untuk mengatasi masalah dan trauma yang dihadapi. Namun, jika mimpi buruk tak kunjung hilang selama berhari-hari, "Cobalah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater," ujarnya.

Rapid Eye Movement

Menurut para peneliti, mimpi buruk biasa merupakan cara otak membantu kita meregulasi emosi negatif. Bila ada kesalahan dalam proses regulasi tersebut, akan mewujud sebagai mimpi yang mengerikan (nightmare).

Penelitian di bidang psikologi dan aktivitas otak yang berkaitan dengan mimpi, telah menunjukkan kunci-kunci mengapa tidur kita kerap dipenuhi bayangan aneh bahkan menakutkan. Berdasarkan tulisan Drs. Ross Levin dan Tore Nielsen dalam jurnal Current Directions in Psychological Science, rangkaian mimpi buruk menjadi bagian dari metode otak dalam mengolah emosi. Pengaturan emosi itu mungkin merupakan fungsi utama dari fase tidur Rapid Eye Movement (REM), tahap tidur di mana sebagian besar mimpi muncul.

Dr. Sylvia mengatakan, berbeda dengan mimpi pada umumnya, mimpi yang mengerikan (nightmare), secara teknis merupakan mimpi buruk yang bisa membangunkan kita dari tidur. Hal ini bisa terjadi saat proses regulasi emosi berjalan salah. "Mimpi buruk bukanlah hal yang tidak wajar. Banyak studi menunjukkan, sebagian besar mimpi kita bukanlah mimpi yang menyenangkan," ujarnya.

Dijelaskan Dr. Sylvia, mimpi atau tahapan REM berfungsi untuk mengolah memori yang menakutkan. Dengan begitu, sistem tidak kewalahan. Sebagian dari ingatan kita akan dimasukkan ke dalam satu ruangan dan menyatu. Hal ini menempatkan mimpi-mimpi dalam satu konteks baru dan menyebarkan ketakutan yang ada.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau