Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudah Emosi dan Berdebar-debar, Waspada Hipertiroid

Kompas.com - 13/12/2011, 16:19 WIB

KOMPAS.com — Kelenjar tiroid yang bekerja terlalu aktif akan menyebabkan tubuh memproduksi hormon tiroid secara berlebihan sehingga metabolisme tubuh menjadi lebih cepat. Penyakit ini disebut juga dengan hipertiroid.

Gejala utama hipertiroid, menurut Prof dr Sri Hartati Kariadi Sp PD, adalah pembesaran kelenjar tiroid di leher, denyut jantung sangat cepat, keringat berlebih, sulit tidur, serta pasien menjadi mudah cemas dan cepat tersinggung.

"Karena gejalanya bermacam-macam, biasanya pasien berobat ke berbagai dokter. Ada yang ke dokter jantung untuk keluhan dada berdebar-debar, atau ke psikolog karena emosinya naik turun, sehingga penyakitnya lama tak terdiagnosis," paparnya, dalam acara media edukasi mengenai dampak hipertiroid dan hipotiroid di Jakarta, Selasa, (13/12/2011).

Ia menjelaskan, jika kelenjar tiroid mempunyai aktivitas berlebihan, sedangkan pengendalian  thyroid stimulating hormone (TSH) berkurang,  hormon tiroksin yang dihasilkan akan berlebihan. Pada keadaan ini hormon tersebut akan merangsang tubuh. Perangsangan hormon ini mengakibatkan tubuh menjadi lebih aktif.

Pada perempuan dapat juga terjadi gangguan menstruasi. "Haidnya menjadi sedikit atau berhenti sama sekali," katanya.

Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah pembesaran tiroid di leher, kelainan pada mata, serta kelemahan otot. "Jika disebabkan oleh penyakit graves biasanya bola mata pasien tampak besar dan kelopak mata terbuka lebar sehingga tampak seperti orang marah," katanya.

Pengobatan hipertiroid dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pengangkatan tiroid, pemberian sinar radioaktif, dan pemberian obat antitiroid.

Menurut penjelasan salah satu pembicara, Prof dr Johan S Masjhur, Sp PD, pengobatan antitiroid berlangsung lama dan menahun. "Karena sifat penyakit ini kronis, maka pengobatannya juga jangka panjang dan bertujuan untuk mengendalikan aktivitas kelenjar tiroid," paparnya.

Johan menambahkan, antara 25 persen dan 50 persen pasien yang berobat bisa mengalami kesembuhan, tetapi sisanya terus mengalami kekambuhan.

"Obat antitiroid memang seperti hanya meredakan gejalanya saja. Tetapi, pasien sebaiknya disiplin mengonsumsi obat," katanya. Ia menambahkan, saat ini sudah ada obat yang bekerja langsung pada target, yakni menghambat produksi hormon tiroid, tetapi harganya masih relatif mahal.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com