Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjiwa Besar, Kekuatan Sejati "Single Mom"

Kompas.com - 22/12/2011, 23:59 WIB

KOMPAS.com - Menjadi seorang single mom boleh jadi merupakan opsi terakhir bagi perempuan. Namun, perempuan juga berhak membuat keputusan untuk hidupnya termasuk menentukan bagaimana arah pernikahannya. Termasuk untuk memilih bercerai dan mengasuh anak seorang diri. 

"Terkadang, perceraian adalah jalan terbaik agar tak mengorbankan jiwa anak dengan percekcokan yang terjadi pada orangtuanya," ungkap Vivanti Ayu Damarsasi,single mom yang juga adalah pengusaha restoran Kaivalya kepada Kompas Female.

Perempuan yang akrab disapa Vivien ini mengambil keputusan untuk kembali ke rumah orangtuanya saat ia mengandung tujuh bulan. Meski beban psikologis menderanya, lantaran pernikahan yang tak lagi bisa dipertahankan, ia tetap bertekad merawat kandungannya. Vivien paham betul konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Ia pun melewati pengalaman pahit melahirkan tanpa didampingi suami, dengan menandatangani sendiri surat prosedur operasi caesar.

Perebutan hak asuh
Melahirkan putra pertamanya, Satria Kenvaleriano Syahputra lahir, merupakan awal perjuangan Vivien. Setelah putranya berumur tiga bulan, Vivien menerima surat keputusan talak satu dari pengadilan.

"Persidangan perceraian berlangsung alot karena mantan suami saya tidak mau bercerai dan akhirnya terjadilah perebutan hak asuh," ungkapnya.

Memutuskan berpisah saat hamil, melahirkan sendirian, dan terpisah dari anak kandungnya sendiri karena konflik perebutan hak asuh anak, menorehkan pengalaman pahit berkelanjutan baginya. Rasa takut yang cenderung paranoid kemudian muncul dari dalam diri Vivien, membayangkan hidup terpisah dari buah hatinya.

"Seharusnya, Ken yang masih berusia tiga bulan, dan masih menyusui, ikut dengan saya, ibunya. Namun, saya pasrah dan ikhas dengan jalan Allah. Saya ikhlas kalau memang Ken harus ikut ayahnya," bebernya.

Meski berserah, Vivien gigih memperjuangkan haknya. Ia pun berhasil mendapatkan hak asuh atas Ken, meski persoalan hak asuh belum mencapai titik ujungnya.

Anak sebagai motivasi
Mandiri secara finansial menjadi tantangan berikutnya bagi Vivien. Dengan beban psikis yang dialami pascaperceraian, ia tetap harus berpikir dan bertindak ekstra menghidupi keluarga.

"Meski ketika masih berkeluarga saya tidak bergantung pada suami secara ekonomi, kondisinya menjadi berbeda ketika bekerja dengan memiliki anak dan harus memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari sendirian," tukasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com