Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Saya Selalu Takut Menderita Penyakit Berat?

Kompas.com - 23/12/2011, 10:14 WIB

TANYA :

Dok kenapa saya selalu merasa bahwa diri saya menderita penyakit berat? Sehingga hampir tiap minggu saya pergi ke dokter.  Tak kurang dari 10 dokter saya datangi baik dokter umum maupun spesialis.  Saya juga beberapa kali melakukan tes darah, rontgen dan EKG hasil normal tapi saya tetap merasa tubuh saya sakit.  Pertama,  saya pernah merasa terkena serangan jantung, tapi setelah EKG penyakit itu hilang. 

Saya juga pernah merasa menderita kanker hati karena selalu lemas, tapi setelah USG keluhan itu tidak muncul lagi, dan sekarang saya merasa mempunyai kanker otak karena saya selalu merasakan sakit kepala dan kesemutan. Tetapi untuk keluhan yang satu ini  saya belum melakukan pemeriksaan CT scan meski keluhannya sering timbul.  Semua keluhan didasari oleh seringnya saya melakukan browsing di internet tentang penyakit, sehingga merasa bahwa saya menderita penyakit tersebut.  Akibatnya, saya jadi  menderita dan semangatpun menjadi hilang. Apa yang sebenarnya saya alami Dok?

(Andi, 30, Cianjur)


JAWAB :

Yth Bapak Andi

Ketakutan akan menderita suatu penyakit berat walaupun dalam pemeriksaan fisik diagnostik tidak ditemukan kelainan apapun mungkin bisa mengarah pada suatu kondisi gangguan jiwa yang disebut Somatisasi atau Hipokondriasis. Keduanya mempunyai ciri khas. Pasien yang mengalami Somatisasi biasanya mengeluhkan keluhan nyeri yang berpindah-pindah, namun biasanya mengenai sistem pencernaan, seperti nyeri lambung, perih atau gangguan maag lain.

Pasien ini juga sering mengalami gangguan nyeri otot, nyeri tulang belakang ataupun nyeri leher belakang. Sering juga didampingi oleh keluhan-keluhan seperti kesemutan, rasa baal atau gemetaran. Walaupun sudah diperiksa secara obyektif dan tidak ditemukan penyebabnya, pasien seperti ini tetap merasakan keluhannya.

Pasien dengan Hipokondriasis biasanya hanya mengeluhkan keluhan yang itu-itu saja, biasanya mengenai suatu penyakit berat tertentu yang sangat yakin diindap olehnya. Bahkan dalam laporan-laporan kasus, ada yang sampai meniatkan diri untuk melakukan upaya pembedahan demi mengetahui "penyakitnya".

Dalam penelitian klinis di praktek, saya pernah melakukan penelitian kecil kepada pasien yang datang ke Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, hasilnya pasien yang datang dengan keluhan fisik (psikosomatik) kebanyakan didasari oleh Gangguan Kecemasan dan yang paling banyak adalah Gangguan Kecemasan Panik.

Wajar sekali karena keluhan serangan panik yang dialami pasien ini biasanya mengenai gejala fisik akibat sistem saraf otonom dan aksis hipotalamus pituitary (HPA-Aksis) yang bekerja berlebihan di otak orang tersebut. Apa yang dialami bapak juga sepertinya demikian. Kecemasan yang dialami sudah mengubah mekanisme neurokimiawi di otak sehingga menimbulkan gejala-gejala fisik yang diduga mirip dengan keluhan-keluhan penyakit berat seeprti jantung, stroke, dan kanker. Ini terbukti jika bapak melakukan pemeriksaan penunjang yang menyingkirkan diagnosis penyakit berat yang diduga bapak, bapak kemudian sembuh.

Saya rasa yang paling penting dilakukan adalah bapak harus berkunjung ke Psikiater yang dapat menerangkan bapak tentang mekanisme yang terjadi di otak bapak sehingga bapak mengalami hal tersebut. Pengetahuan yang cukup baik pada diri pasien dan hubungan dokter-pasien yang kuat akan mampu mengurangi kekhawatiran bapak yang berlebihan terhadap penyakit. Pengobatan dengan obat dibutuhkan untuk memperbaiki mekanisme sistem neurokimiawi otak yang sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga bapak mengalami hal itu.

Semoga berguna. Salam Sehat Jiwa !
 
 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com