Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Autis di NTT Tak Terlayani

Kompas.com - 23/01/2012, 16:24 WIB
Kornelis Kewa Ama Khayam

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com- Sebagian besar anak autis atau berkebutuhan khusus di Nusa Tenggara Timur tidak terlayani dalam terapi kemandirian, sosialisasi diri (pergaulan sosial) dan pendidikan secara memadai.

Pemerintah memiliki beberapa SDLB Negeri di beberapa kabupaten, tetapi penanganan terhadap anak anak itu sangat jauh dari harapan.

Ny Mina Padak yang memilki anak berkebutuhan khusus, dan disekolahkan di SDLB Penfui Kupang, Senin (23/1/2012), mengatakan, tidak hanya sekolah negeri tetapi beberapa yayasan pendidikan swasta mencoba membuka sekolah terapi anak anak berkebutuhan khusus tersebut, tetapi sistem dan cara memberikan terapi masih jauh dari sasaran.

Para therapis (guru pendamping) tidak memiliki kesabaran cukup untulk mendampingi anak anak yang masih butuh perhatian dan perlakuan khusus itu. "Para pendamping cenderung menggunakan metode pendampingan sama dengan anak anak normal. Mereka cenderung emosional, marah, jewer telinga, cubit, dan membentak," kata Ny Mina.

Para guru pendamping itu mungkin lulusan SMA atau sederajad, tanpa pendidikan atau keterampilan khusus. Mereka berdiri mengajar di depan kelas seperti guru guru pada umumnya, sementara anak anak berkeliaran di luar, bertertiak, menangis dan seterusnya.

"Anak saya hiper aktif. Cepat emosional, sulit bersosialisasi dan ngomongnya masih satu dua kata saja. Sudah 3 tahun di SDLBN tetapi tidak ada perkembangan," katanya.

Perempuan lulusan fakultas hukum universitas atmajaya yogyakarta ini mengatakan, mestinya ada dirjen penanganan anak berkebutuhan khusus di kementerian pendidikan. Kecenderungan jumlah anak anak berkebutuhjan khusus ini terus meningkat.

Di FKIP pun perlu disiapkan jurusan khusus untuk calon guru agar kelak mereka bisa menangani anak anak berkebutuhan khusus seperti ini.

Di daerah daerah, anak anak ini dibiarkan terlantar begitu saja. Lagi pula, banyak orang tua sengaja mengurung anak anak ini di dalam rumah saja sampai dewasa. Mereka malu membawa anak anak itu ke tempat umum.

Padahal, dengan memperkenalkan kepada publik, mungkin saja ada jalan keluar dari orang lain, atau anak itu perlahan lahan mulai mengenal lingkunganb sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com