Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Ada Lagi Kematian Ibu Saat Persalinan

Kompas.com - 03/02/2012, 15:27 WIB

Kompas.com - Tak mudah mengubah pandangan yang sudah lama dianut suatu kelompok masyarakat. Demikian pula halnya yang terjadi di pedalaman Mimika, Papua. Sebelumnya masyarakat di sana menganggap kematian ibu dan anak sebagai suatu hal yang biasa dan belum dianggap sebagai kondisi darurat.

Menurut data, kasus kematian ibu-bayi di Papua Barat masih tinggi. Tahun 2009, tercatat 39 kasus ibu meninggal saat dan setelah melahirkan. Tahun 2010 meningkat jadi 59 orang. Penyebab utamanya adalah pendarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu hamil tersebut, antara lain persalinan tanpa dibantu bidang atau dokter, serta sering terlambatnya pasien dirujuk ke puskesmas dalam kondisi darurat. Rendahnya status gizi masyarakat ikut berkontribusi pada kesehatan calon ibu dan bayi.

Namun  kesadaran masyarakat tentang kondisi yang membahayakan keselamatan ibu dan anak, serta pentingnya kesehatan reproduksi, perlahan terus ditingkatkan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengajak kaum laki-laki untuk terlibat.

"Masyarakat diajak mengenali tanda-tanda bahaya persalinan sehingga bisa segera membawa ibu hamil ke puskesmas atau rumah sakit," kata Yusuf Nugroho, kepala biro kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), di Jakarta (2/2/12).

Melalui program MIMIKA Sehat, kader-kader posyandu diberdayakan untuk menerapkan Program Persiapan dan Penanggulangan Komplikasi (P4K) untuk menurunkan angka kematian ibu. Kegiatan utama P4K adalah pemetaan dan pencatatan ibu hamil, pendanaan, donor darah, serta transportasi.

Para petugas akan mencatat siapa saja yang kehamilannya perlu diwaspadai. Didata pula golongan darah dan calon pendonor yang akan mendonorkan darahnya jika dibutuhkan.  Program lain yang berkaitan erat dengan penurunan angka kematian ibu dan anak adalah melakukan edukasi dan perbaikan gizi masyarakat, serta pemberdayaan posyandu.  "Program utama kami pada dasarnya adalah meningkatkan pemahaman masyarakat agar terjadi perubahan perilaku," kata Yusuf.

Melalui posyandu, anak-anak dan ibu hamil juga diberikan makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi mereka. Namun Yusuf mengakui pemberian makanan tambahan yang dilakukan belum memaksimalkan potensi pangan lokal. "Selama ini kami baru memberikan susu atau bubur kacang hijau. Jika sudah tidak ada bantuan, masyarakat tentu bingung harus membeli di mana," ujarnya.

Sejak program ini dijalankan pada tahun 2009 sampai 2011, menurut Yusuf terjadi pencapaian bermakna di Mimika, antara lain penurunan angka anemia sedang dan berat dari 72 persen menjadi 34 persen pada wanita. Sedangkan pada balita di bawah dua tahun, angka anemia turun dari 85,8 persen menjadi 63 persen.

Yusuf menjelaskan, saat ini pemahaman masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat sudah baik. Akan tetapi masih ada kendala utama, yakni tenaga dan fasilitas kesehatan yang tersedia dan bisa diakses masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com