Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kelemahan Posyandu

Kompas.com - 14/02/2012, 10:57 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Meski Posyandu sudah bangkit dari "mati suri" dan mengalami revitalisasi, namun perannya kini tidak sevital pada era satu atau dua dekade silam. Paling tidak, ada dua kelemahan utama posyandu.

Demikian diungkapkan ahli pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ali Khomsan dalam acara Pembukaan Gebyar Posyandu Peduli Tumbuh Aktif Tanggap yang diadakan Nestle di Malang, Jawa Timur (13/2/2012).

"Pertama adalah tidak efektifnya program pemberian makanan tambahan dan (kedua) program penyuluhan tidak berjalan," kata Prof Ali.

Menurut Ali, kelemahan tersebut disebabkan karena para kader posyandu yang bekerja dengan sukarela tersebut tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai. "Selain para kader itu merasa tidak percaya diri dalam memberi penyuluhan, situasi di Posyandu sendiri tidak memungkinkan. Dengan tempat yang seadanya dan jumlah anak begitu banyak, bagaimana bisa melakukan penyuluhan," katanya.

Sementara itu untuk pemberian makanan tambahan (PMT), minimnya anggaran menjadi faktor utama. Sekarang ini setiap Posyandu mendapat dana Rp 50.000 untuk program PMT. Jumlah tersebut sangat minim untuk bisa memberikan makanan yang bergizi untuk puluhan anak. "Direktorat gizi seharusnya bisa memberdayakan Posyandu untuk pencegahan gizi kurang di masyarakat," katanya.

Dituturkan olehnya, sebagai garda terdepan para kader Posyandu seharusnya memiliki bekal informasi yang cukup mengenai gizi, kesehatan, serta tumbuh kembang anak. "Mereka harus dibuat lebih sadar gizi dan psikososial anak," katanya.

Dengan demikian, ketika datang ke posyandu anak-anak itu tidak sekedar ditimbang berat badannya saja tetapi juga dipantau apakah konsumsi dan kualitas gizinya sudah terpenuhi atau tidak. Sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan agar status gizi anak meningkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com