Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamil dengan Hipertensi Waspadai 5 Risiko Ini

Kompas.com - 15/02/2012, 07:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Preeklamsia merupakan suatu bentuk penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil. Penyakit ini sangat rumit, berbahaya dan bisa menyebabkan masalah baik bagi ibu maupun janin.

Peringatan tanda-tanda preeklampsia dapat berkembang secara bertahap atau menyerang secara tiba-tiba. Jika Anda menunjukkan tanda-tanda preeklamsia, maka diperlukan sebuah pengawasan yang ketat.

"Hipertensi dalam kehamilan banyak kembangannya dan dapat memicu berbagai komplikasi. Hampir semua organ bisa terkena komplikasi dan yang paling gampang adalah pembuluh darah di otak," kata dr. Aria, Wibawa, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Selasa, (14/2/2012).

Untuk preeklamsia berat, diperlukan perawatan dan pemantauan di rumah sakit. Biasanya ibu hamil akan menjalani pengobatan untuk menurunkan tekanan darah dan mungkin akan menjalani induksi atau operasi caesar tergantung bagaimana tubuh merespon obat-obatan yang diberikan, keadaan rahim dan usia kehamilan pada saat itu.

Menurut Aria, ada 5 (lima) fakta yang harus diketahui terkait risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) :

1. Kebutaan

Preeklamsia dapat memicu gangguan pada pembuluh darah di mata. Bahkan menurut Aria, pembuluh darah mata di retina bisa pecah sehingga memicu kebutaan. Tapi lanjutnya, pada kondisi yang ringan seperti misalnya pembengkakan pada otak yang mengenai saraf mata, hal ini hanya membuat pasien buta sementara.

"Karena adanya pembengkakan pada saraf mata di otak, dia mungkin tidak bisa lihat untuk sementara waktu. Tapi kalau sudah tidak bengkak dia bisa melihat lagi. Jadi tergantung seberapa beratnya," kata Aria.

2. Berkurangnya aliran darah ke plasenta

Risiko yang mungkin dialami pada ibu hamil dengan hipertensi adalah kurangnya pasokan aliran darah, oksigen dan nutrisi ke bayi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko bayi berat lahir rendah.

3. Penyakit kardiovaskuler di masa depan

Wanita yang mengalami preeklamsia (ditandai dengan tingginya tekanan darah dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan) - berisiko mengalami peningkatan penyakit kardiovaskular di kemudian hari, meskipun fakta menunjukkan bahwa tekanan darah akan kembali normal setelah melahirkan.

"Memasuki usia 40-50 tahun, sebanyak 25-30 persen kasus hipertensi pada ibu hamil akan mengalami masalah kardiovaskuler. Mereka harus merubah pola hidup karena risikonya cukup besar," jelas Aria.
  
4. Plasenta abrupsio (plasenta lepas sebelum waktunya)

Pada beberapa kasus ibu hamil dengan hipertensi, plasenta dapat terlepas sebelum waktunya dan terpisah dari rahim. Abrupsio plasenta akan menghentikan pasokan oksigen ke bayi dan menyebabkan perdarahan yang berat pada ibu. "Risikonya adalah kematian pada janin," papar Aria.

5. Kelahiran prematur

Untuk mencegah terjadinya komplikasi berbahaya yang mungkin bisa mengancam nyawa ibu atau bayi, tidak jarang masa kehamilan dipercepat sebelum waktunya sehingga bayi berisiko lahir secara prematur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com