Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

95 Persen Kasus TB Bisa Disembuhkan

Kompas.com - 18/02/2012, 09:35 WIB

Kompas.com - Sebanyak 95 persen kasus Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun hal ini sangat bergantung dari keakuratan diagnosis, rejimen pengobatan dan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sampai tuntas.

Demikian disampaikan oleh, Dyah Erti Mustikawati, Kepala Sub Bidang Direktorat Pengendalian Penyakit Tuberulosis, saat jumpa pers di Kantor Kementerian Kesehatan, Jumat (17/2/2012).

Permasalahan yang sering ditemui,  kata Dyah, masih banyak pasien TB (tuberkulosis) yang melakukan pengobatan bukan pada tempatnya dan bukan di tempat layanan kesehatan yang sudah di siapkan oleh pemerintah.

"Untuk pasien TB yang unreported ini kita tidak tahu apakah mereka sudah memperoleh layanan sesuai standar atau tidak. Tapi kelihatannya, ada kecenderungan tidak sesuai dengan standar," cetusnya.

Untuk mengatasi hal itu, Dyah mengaku sedang mencoba melakukan pendekatan ke berbagai rumah sakit dengan membuat suatu regulasi dalam bentuk akreditasi. Artinya, pelayanan tuberkulosis akan menjadi salah satu standar pelayanan minimal di setiap rumah sakit.  "Jadi kedepannya, rumah sakit arahnya akan melakukan layanan TB, meski tidak semuanya," ucapnya.

Dengan adanya pelayanan yang terstruktur, diharapkan pasien TB akan memperoleh standar pengobatan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan tatalaksana yang berlaku.

Dyah juga menyoroti faktor-faktor lain yang menghambat proses kesembuhan pasien TB, salah satunya adalah ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.  "Kalau hasil diagnosis sudah benar dan diobati dengan benar tapi pasien tidak patuh berobat, juga bisa mencetuskan resistensi obat," ucapnya.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti. Karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (multi drugs resistance).

Menurut Dyah, ada sekitar 300 ribu kasus TB baru di Indonesia setiap tahunnya. Sementara untuk pasien yang resisten obat anti Tuberkulosis diperkirakan ada 6100 orang setiap tahunnya. Hal ini pada akhirnya membuat biaya pengobatan menjadi berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya.

"Jadi banyak faktor yang berpengaruh pada resistensi tidak hanya dari segi program, tapi juga dari pasien sendiri," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com