Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Bila Testis Bayi Tidak Turun

Kompas.com - 22/02/2012, 17:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah data menunjukkan bahwa sekitar 2 hingga 5 persen bayi yang baru lahir mengalami kelainan pada perkembangan seksual di mana testis (buah zakar) tidak turun atau tidak tersimpan sebagaimana mestinya di kantung testis (skrotum). Tidak turunnya testis juga menjadi salah satu pemicu gangguan kesuburan pada pria dewasa.

Demikian disampaikan Dr. Nur Rasyid SpU, ahli urologi dari Rumah Sakit Asri, saat acara media edukasi bertema Faktor Spermatozoa Penyebab Infertilitas Pria, Rabu, (22/2/2012) di Jakarta.

"Menurunkan testis harus dilakukan pada usia sebelum usia 1 tahun. Karena, jika dilakukan setelah satu tahun akan terjadi perubahan dari sel yang berisiko menjadi kanker," katanya.

Rasyid menerangkan, dulu penurunan testis masih sering dilakukan setelah anak berusia lebih dari satu tahun. Tapi seiring dengan perkembangan dunia kedokteran, hal itu kini sudah tidak diperkenankan lagi. "Kalau diturunkan di atas dua tahun, sebenarnya biji kemaluan sudah tidak berfungsi lagi untuk memproduksi spermatozoa," katanya.

Meski begitu, Rasyid tetap menganjurkan supaya penurunan testis tetap dilakukan meski usia orang tersebut sudah lebih dari dua tahun atau bahkan dewasa. Kenapa?

Karena menurutnya, apabila testis tetap berada didalam perut (tidak diturunkan), pasien memiliki risiko lebih besar terkena kanker testis.  "Jadi tujuannya dikeluarkan saat dewasa adalah untuk memonitoring, kalau sewaktu-waktu dia berubah menjadi kanker," terangnya.

Cukup mudah untuk memeriksa apakah testis pada bayi turun atau tidak. Biasanya dokter akan memeriksa daerah pangkal paha bayi, dari pinggang sampai ke skrotum. Apabila testis tidak turun, maka akan dilakukan pemeriksaan melalui USG atau rontgen untuk mengetahui posisi testis.

"Kalau USG tidak bisa, cara terakhir dapat dilakukan dengan laparoskopi, yakni membuat satu sayatan kecil di bawah pusar. Begitu biji kemaluannya ketemu bisa diturunkan pakai laparoskopi," ucapnya.

Ia menuturkan, apabila kedua biji kemaluan tidak turun, kemampuan seseorang untuk mempunyai anak dikemudian hari akan sangat kecil (90 persen).  Sementara jika yang turun hanya satu, peluang memiliki anak sekitar 30 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com