Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA : Industri Rokok Layak Digugat!

Kompas.com - 20/03/2012, 11:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, industri rokok layak digugat ke pengadilan karena dinilai menjadi akar permasalahan perokok pada anak dibawah umur.

"Industri tembakau harus bertanggung jawab terhadap peristiwa ini, dampak rokok ini menjadi anak menjadi ketergantungan, mereka layak digugat," tegasnya kepada wartawan di kantor Komnas PA, Senin (19/3/2012).

Gugatan class action yang dilakukan Komnas PA kepada industri rokok tersebut mengarah kepada serbuan iklan rokok yang sangat masif lewat media masa. Untuk itu, Arist mengatakan akan menyerahkan kepada pengadilan bagaimana sanksi yang akan diberikan, entah memberhentikan iklan rokok atau yang lain.

"Di dalam rokok ada zat yang membuat kecanduan, di dalam undang-undang, itu dilarang untuk diiklankan, masa miras dan narkoba tak ada iklan, sementara rokok ada iklannya. Jelas ini negara kalah dengan kapitalisme industri rokok," tegasnya.

Untuk itu, Arist dan pihaknya tengah menginventaris kasus-kasus selama ini tentang kecanduan rokok pada anak, terutama di bawah umur. "Ya kita kumpulkan dulu semua itu baru nanti kita class action kepada mereka. Siapa yang terkaya di dunia ini, ya perusahaan rokok, sementara IH yang menjadi korbannya," lanjutnya.

Rencana class action tersebut bukannya tanpa alasan, di Sukabumi, seorang anak berinisial IH (8) mengalami kecanduan rokok sejak umur 4 tahun. IH bisa sampai menghabiskan 2 bungkus rokok satu harinya. Akibat kecanduan, sang bocah pun rela melakukan apa saja demi bisa membeli rokok. Orang tuanya pun tak bisa berbuat banyak atas ulah putera sulungnya tersebut.

Berdasarkan data yang dimiliki Komnas PA, kondisi perokok anak memang menunjukan angka yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2010, perokok dengan usia 10 hingga 14 berjumlah 21 juta, sementara di bawah umur 10 tahun berjumlah 1 juta. tahun 2011 pun meningkat 38 persen jumlahnya 1.426.000 anak.

"Dari tahun 2010 sampai 2012 saja sudah ada 12 balita. Beruntungnya semua berhasil direhabilitasi dan telah sembuh," tegas Arist.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com