Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sebab Serangan Kumbang Tomcat

Kompas.com - 20/03/2012, 14:52 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Serangan serangga tomcat dari genus Paederus membuat masyarakat bingung. Salah satu pertanyaannya adalah mengapa serangga ini tiba-tiba muncul dalam jumlah banyak dan menyerang warga?

Pakar serangga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Aunu Rauf, mengungkapkan bahwa serangan tomcat bisa terjadi akibat kombinasi beberapa faktor.

Aunu menuturkan, serangga ini berkembang di tanah dan menyukai tempat yang lembab. Wilayah persawahan adalah habitat favorit serangga ini karena lembab dan menyediakan makanan berupa wereng coklat.

"Di akhir musim hujan atau saat panen, padi diambil dan berpengaruh pada populasi wereng. Ini akan mengganggu habitat kumbang tersebut," urai Aunu.

Saat akhir musim hujan, tomcat sudah dalam tahap dewasa atau imago. Serangga sudah bisa terbang mencari makan sehingga ketika habitat terganggu, maka serangga jenis kumbang tersebut akan terbang mencari habitat baru.

"Saat terbang itulah mungkin kumbang yang tertarik cahaya ini menemukan lokasi serangan di apartemen yang terang," papar Aunu yang tahun lalu juga mempelajari tentang merebaknya ulat bulu.

Aunu mengungkapkan, tomcat sebenarnya tidak menyengat dan menggigit. Namun, ketika terganggu, serangga ini akan mengeluarkan cairan racun bernama paederin.

"Cairan ini yang menyebabkan warga mengalami kulit melepuh dan gatal seperti yang dialami di Surabaya. Cairan bisa keluar kalau serangga ini dipencet," Aunu menerangkan.

Khusus untuk serangan di apartemen, Aunu mengungkapkan bahwa lokasi apartemen yang berada di kawasan mangrove bisa menjadi salah satu penyebab.

"Kawasan mangrove menjadi salah satu habitat serangga ini karena lembab. Kalau terganggu, serangga bisa terbang ke sekitarnya dan menyerang," kata Aunu.

Dilaporkan bahwa kawasan mangrove di dekat Apartemen East Coast di Surabaya sudah rusak. Hal ini menyebabkan populasi Paederus yang ada di hutan mangrove terganggu.

"Jika hutan mangrove sudah rusak, logis kalau terjadi serangan karena serangga ini pasti akan mencari lingkungan baru," papar Hari Santoso, pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hari menambahkan, tomcat juga bisa merebak dan menyerang akibat melimpahnya populasi hewan yang bisa dimakannya. Tomcat biasanya memakan serangga lain yang masih dalam tahap telur atau nimfa.

Hari mengatakan, saat ini yang perlu diupayakan adalah mengajak masyarakat memahami tomcat dan cara mencegah dampak negatif yang bisa terjadi.

Tomcat memiliki kepala berwarna hitam serta dada dan perut yang berwarna oranye. Ukuran tomcat lebih kurang 1 cm dengan sayap yang tak menutupi seluruh abdomen.

Hari mengatakan, jika tomcat hinggap di kulit, warga tak perlu memencetnya. Serangga ini cukup dihalau dengan tiupan atau kertas. Pencetan justru membuat serangga mengeluarkan cairan racun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com