Sampai Sabtu (31/3) pukul 20.00, berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, setidaknya ada tiga polisi yang terkena cairan kimia. Dua di antaranya adalah Brigadir Made AKP dari Biro Provost Mabes Polri dan Ajun Inspektur Satu Sujono dari Bidang Humas Polda Metro Jaya.
Dari kalangan pers, korban antara lain, juru foto Kontan Fransiskus Simbolon, juru kamera KompasTV Alvi Apriayandi, reporter dan juru kamera Al-Jazeera Bobby Gunawan dan Step Vaesn, serta reporter BBC Alice Budi Satrijo.
Sementara itu, dari kalangan pengunjuk rasa, baik buruh maupun mahasiswa, belum terdata. Koordinator Nasional Tim Advokasi Mahasiswa dan Rakyat Konami, Bambang Sri Pujo Sukarno Sakti, hanya bisa memastikan, tak satu pun dari 23 buruh dan mahasiswa yang ditangkap polisi akibat bentrok di DPR yang menderita luka bakar terkena cairan kimia.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Rajab mengatakan, penggunaan cairan kimia dalam bentrokan unjuk rasa merupakan modus baru. Untuk itu, petugas akan dilengkapi dengan perlindungan tambahan.
”Taktik demonstran berkembang terus. Polri juga terus mengembangkan alat-alat antisipasi huru-hara,” kata Untung.
Siapa pengguna cairan kimia dalam bentrokan itu masih misteri.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, polisi juga masih menyelidiki apakah cairan kimia itu dijual bebas atau harus diramu dari bahan-bahan kimia.
”Jenisnya apa kami belum tahu sebab tidak ada barang buktinya,” ujarnya.