Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendikbud: "RUU PT Ibarat Kereta yang Akan Kita Beli"

Kompas.com - 10/04/2012, 19:59 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh membeberkan alasan Pemerintah menunda pengesahan Rancangan Undang-undang Pendidikan Tinggi (RUU PT). Nuh mengatakan, permohonan penundaan pengesahan itu sama sekali tidak berkaitan dengan niat untuk mengubah subtansi, akan tetapi lebih kepada menambah dan menyempurnakan RUU tersebut.

"Tidak ada hubungannya dengan siap atau tidak siap, apalagi niat mengubah subtansi. Kami hanya ingin menambahkan, agar RUU PT dapat lebih sempurna," kata Nuh, Selasa (10/4/2012) petang, di Kemdikbud, Jakarta.

Seperti diberitakan, pemerintah memberikan tiga alasan kepada Komisi X DPR RI agar pengesahan RUU-PT ditunda selama satu kali masa sidang. Alasan tersebut agar RUU PT kelak dapat lahir dengan mengatur transformasi demokrasi, menyiapkan pemimpin masa depan, serta konvergensi peradaban.

Lebih lanjut mantan Menkominfo itu menjelaskan, sebagai negara penganut demokrasi, pemerintah memiliki harapan agar pendidikan tinggi dapat melakukan dan mengawal proses transformasi demokrasi.

"Jadi, selain Tridharma pendidikan tinggi, RUU ini akan memberikan muatan baru pada peran pendidikan tinggi," ujarnya.

Selanjutnya, Nuh mengatakan, mengingat tingginya mobilitas masyarakat dan keilmuan, maka di situlah peradaban bangsa akan berbaur bersama peradaban dunia. Untuk itu, pemerintah merasa sangat perlu memasukkan konvergensi peradaban ke dalam RUU PT.

"Sangat diperlukan, agar kita punya peradaban kuat, sehingga dalam proses pembauran kita masih memiliki warna khas peradaban bangsa," ujarnya.

Menurutnya, perkembangan menuju masa depan menempatkan modal pengetahuan sebagai modal utama. Maka, pendidikan tinggi dituntut juga untuk menyiapkan pemimpin masa depan.

"RUU ini harus mampu menyiapkan pemimpin masa depan, itulah alasan kita meminta penundaan. Ibarat kereta yang akan kita beli, akan kita tambah fasilitasnya agar nyaman, karena kita akan menempuh perjalanan jauh," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com