Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Implan Dagu Sedang Banyak Digemari

Kompas.com - 17/04/2012, 12:30 WIB

KOMPAS.com - Bentuk tubuh yang ramping, dan wajah yang cantik, pasti diidamkan oleh semua perempuan. Jika beberapa tahun lalu para perempuan -terutama perempuan di Eropa- sangat menginginkan prosedur implan payudara, sepertinya sekarang bagian dagu sudah menjadi "payudara" baru.

Menurut sebuah survei yang dilakukan American Society of Plastic Surgeons (PPPS), sampai saat ini jumlah implan dagu (chinplants) meningkat jumlahnya terutama di kalangan perempuan karier. Pada tahun 2011, sekitar 20.680 perempuan Amerika dilaporkan melakukan jenis operasi ini. Dan, prosedur implan dagu bahkan lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan prosedur pembesaran payudara, Botox, dan sedot lemak.

"Para perempuan karier melakukan prosedur pembentukan dagu ini agar terlihat lebih cantik saat presentasi, atau melakukan konferensi video chat. Saat ini mereka melihat bahwa rahang dan dagu mereka tidak setajam yang mereka mau," ungkap Dr Malcolm Roth, pakar bedah plastik dari New York.

Prosedur ini sebagian besar dilakukan oleh pasien yang berusia 40 tahun ke atas, namun ada juga pasien berusia 20-an yang melakukannya. Tuntutan pekerjaan secara tidak langsung menyebabkan para karyawan ini lebih fokus pada penampilan wajah mereka. "Saat bekerja, saya melakukan banyak video chatting dengan klien, dan saya melihat bahwa dagu saya sangat besar dan tidak tajam. Ini sangat mengganggu saya," ungkap Lizzete Stephens, seorang software manager di Amerika.

Selain karena tuntutan pekerjaan, chinplants juga terjadi karena perempuan ingin terlihat cantik dan awet muda. Dagu dan rahang adalah dua area pertama yang dapat menunjukkan tanda-tanda penuaan. "Orang mempertimbangkan cara ini menjadi solusi untuk mengembalikan tampilan muda mereka seperti ketika mereka melakukan facelift atau operasi kelopak mata," tukas dr. Malcolm.

Dua metode yang paling populer untuk memperbaiki area rahang dan dagu ini adalah mengurangi dagu yang dianggap terlalu besar, dan operasi korektif untuk mengubah posisi rahang. Melalui prosedur ini, pasien bisa pulang pada hari yang sama dengan dilakukannya operasi, namun rasa sakit dan bengkak yang dialami bisa terjadi selama dua minggu.

Yang cukup mengejutkan, dari total 20.680 kali prosedur operasi dagu di Amerika, ternyata separuhnya dilakukan oleh kaum pria. Menurut PPPS, sekitar 10.087 operasi dilakukan oleh perempuan, dan 10.593 dilakukan oleh pria. Dr Darrick Antell, ahli bedah sekaligus anggota PPPS di New York, mengungkapkan bahwa pria sekarang ini juga tertarik untuk mengubah wajahnya.

"Kita tahu bahwa pria eksekutif muda cenderung ingin tampil lebih tinggi, menarik, dan tampan. Salah satunya dengan memiliki dagu yang lebih kuat. Akibatnya banyak dari mereka yang mengasosiasikan dagu yang kuat dengan kepercayaan diri, otoritas, dan kepercayaan dari klien yang lebih tinggi," bebernya.

Situasi di Indonesia
Di Indonesia, prosedur untuk mempertajam bentuk dagu dan rahang ini juga cukup populer. "Sebagian besar orang Indonesia memiliki bentuk wajah yang bulat dengan pipi yang cukup besar, sehingga batas dagu dan leher tidak terlihat jelas," ungkap dokter spesialis estetika medis dan antiaging, dr Olivia Ong, dipl.AAAM, kepada Kompas Female, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, sekarang ini banyak orang yang sangat ingin memperbaiki penampilan rahangnya dan memberi garis batas yang tegas antara leher dan dagu agar mereka terlihat lebih kurus dan cantik. Namun, tak seperti warga Amerika yang berani melakukan berbagai prosedur bedah, masyarakat Indonesia tampaknya tak ingin terlalu mengambil risiko dengan melakukan prosedur bedah.

"Untuk mendapatkan dagu yang lebih tajam, bisa dilakukan dengan teknik chin augmentation melalui injeksi," tukasnya.

Melalui prosedur ini, pasien akan disuntik dengan menggunakan senyawa asam hyaluronik yang akan "menarik" dagu ke bagian atas wajah, sehingga bentuk dagu akan menjadi sedikit lebih tajam. Namun, untuk mendapat hasil yang maksimal prosedur ini harus diulang setiap enam bulan sekali. Masyarakat Indonesia cenderung masih merasa malu jika harus mengakui telah melakukan operasi plastik di bagian tubuhnya. Mereka juga lebih menginginkan prosedur yang instan untuk mendapatkan kecantikan dengan risiko yang lebih kecil. Lalu bagaimana dengan Anda?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com