Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akses Vaksin untuk Jemaah Haji Terus Ditingkatkan

Kompas.com - 24/04/2012, 09:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah jemaah haji dan umroh di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi masih banyak jemaah haji dan umroh yang belum mendapatkan pelayanan vaksinasi meningitis sehingga dapat meningkatkan risiko penularan penyakit tersebut.

Direktur Surveilens Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra, Kementerian Kesehatan dr. H. Andi Muhadir, MPH, menyampaikan, pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan akses pelayanan vaksin meningitis termasuk di antaranya pemberlakuan dokumen ICV (International Certificate of Vaccination) dengan menggunakan security printing (barcode).

"Persoalannya sekarang, banyak sekali kartu ICV atau kartu kuning yang dimanfaatkan secara salah. Jadi kartu kuningnya itu dipalsukan dan seolah-olah mereka sudah divaksinasi, padahal belum," katanya, saat acara seminar media 'Lindungi Bangsa, Cegah Meningitis', Senin, (223/4/2012), di Jakarta.

Menurut Andi, Kemenkes sudah membuat surat edaran kepada seluruh calon jemaah haji, umroh dan TKI yang akan berkunjung ke Saudi Arabia supaya mendapatkan vaksinasi Meningitis meningokok, sebagai persyaratan untuk memeroleh visa. Pada saat ini ICV hanya dikeluarkan oleh kantor kesehatan pelabuhan (KKP) atau instansi pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah.

Untuk mempermudah akses memperoleh vaksin dan ICV, Kemenkes juga telah menunjuk beberapa rumah sakit vertikal dan RSUD tertentu sebagai tempat pelaksanaan pemberian vaksin meningitis bagi calon jemaah haji dan umroh berkoordinasi dengan KKP. "Di Jakarta, bisa dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSPI Suliati Saroso, RS. Persahabatan dan RS. Fatmawati," katanya.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)- Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Samsuridjal Djauzi menyampaikan, penyakit meningitis masih menjadi salah satu pokok persoalan dalam bidang travel diseases. Angka kejadian penyakit ini bervariasi di seluruh dunia dan prevalensi tertinggi terdapat di Afrika.

Namun lanjut Samsuridjal, meskipun Indonesia bukan merupakan salah satu negara endemis untuk penyakit meningitis, tetapi dengan jumlah jemaah haji dan umroh yang cukup tinggi, maka risiko seseorang terpapar oleh bakteri Neisseria meningitidis atau menjadi carier meningkat dengan angka prevalensi 5-10 persen.

"Jemaah haji atau umroh jangan mau mendapat surat telah diimunisasi padahal belum diimunisasi karena surat keterangan
tersebut tidak melindungi dari penularan penyakit," katanya.

Menurut Samsuridjal, masih ada jemaah yang ingin dapat surat keterangan sudah disuntik tapi tidak ingin disuntik. Hal ini tentu sangat merugikan tidak hanya yang bersangkutan, tetapi juga masyarakat Indonesia yang mungkin bisa tertular jika dia kembali ke tanah air dengan penyakit meningitis.

Para jemaah haji atau umroh secara khusus mempunyai risiko terjangkitnya penyakit meningokokus, karena saat melakukan ibadah mereka berada dalam suatu kondisi yang sangat amat padat dan untuk jangka waktu yang cukup panjang, dimana bakteri dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih kurang 5-10 persen dari orang-orang yang terjangkit penyakit meningokokus akan meninggal dunia. Tanpa pengobatan, tingkat kematian dari penyakit meningokokus  akan meningkat sebesar 70-90 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com