Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Gangguan Bipolar pada Anak

Kompas.com - 26/04/2012, 07:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gangguan Bipolar (GB) ternyata tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak bahkan sejak anak dilahirkan. Faktor keturunan atau genetik memiliki andil besar dalam menyebabkan gangguan ini.

"Karena faktor gen berperan cukup besar yakni sekitar 79 persen. Jadi, waspadai jika anak sudah kelihatan seperti susah diam, gampang marah dan sulit diatur," kata dr. Handoko Daeng, SpKJ (K), Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) saat acara seminar media Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?, Rabu, (25/4/2012), di Jakarta.

Menurut Handoko, gangguan bipolar adalah suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran. Untuk menegakkan diagnosa bipolar pada anak tidak semudah seperti pada orang dewasa. Karena seringkali gejalanya mirip dengan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder).

ADHD adalah gangguan psikologis yang paling sering ditemui pada anak usia sekolah. Gejala utama ADHD adalah hiperaktivitas dan kesulitan mempertahankan konsentrasi.

"Tapi, kalau anak itu sudah besar dan bisa menceritakan perasaan yang dialami, diagnosa akan menjadi mudah," ungkapnya.

Kepala Departemen Psikiatri dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. AAA Agung Kusumawardani SpKJ (K) menjelaskan, gejala bipolar pada anak berbeda seperti pada orang dewasa. Kalau pada anak, gejala depresi biasanya akan ditunjukkan dengan perilaku penentangan atau penolakan, seperti misalnya tidak mau sekolah (school phobia).

"Tapi episodiknya tetap sama. Jadi tetap ada periode waktu dimana dia menentang kemudian setelah diatasi menjadi reda. Kemudian ada periode kambuh lagi," jelasnya.

Agung mengungkapkan, pada anak bipolar yang memasuki episode mood mania, anak akan cenderung hiperaktif sehingga seringkali orangtua menganggap anak mereka nakal. Padahal kalau jeli melihat pola tingkah lakunya, orangtua bisa mengetahui bahwa anak mereka sesungguhnya memiliki masalah dengan kejiwaannya.

Menurut Agung, gejala bipolar pada anak memang sering berkembang secara lambat sehingga sulit membedakan apakah hal itu memang pertanda kelainan bipolar atau sebagai karakter normal si anak. Dalam tatalaksana dan menegakkan diagnosis bipolar pada anak, psikiater biasanya akan selalu menayakan tentang riwayat keluarga.

Karena kalau ada riwayat keluarga, berarti prognosisnya kurang baik karena ada kondisi genetik yang berperan. Anak-anak dengan orangtua atau saudara kandung yang mempunyai penyakit bipolar berisiko empat sampai enam kali lebih mungkin mengembangkan penyakit dibandingkan anak yang tidak mempunyai riwayat gangguan bipolar di keluarga.

"Gangguan bipolar pada anak cukup banyak. Di RSCM kita punya poliklinik jiwa anak yang khusus menangani gangguan bipolar anak," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com