Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pasir Bertasbih" Faizan Disukai Asing

Kompas.com - 13/05/2012, 09:09 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melukis tidak melulu harus dari cat minyak. Ada media lain yang bisa dipakai, misalnya saja kayu. Tapi, bagaimana kalau melukis dengan pasir?

Melukis dengan pasir sebagai cat berhasil dilakukan Faizan'Z Makhadatu. Ia mengaku telah menekuni dunia lukis sejak tahun 1996. Ia lakukan itu demi mencari tambahan untuk biaya kuliah sarjananya di jurusan pendidikan bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. "Pasir bertasbih itu temanya," sebut Faizan kepada Kompas.com, di sela-sela Inacraft, akhir bulan April lalu.

Ia yang awalnya melukis dengan media cat pun beralih ke pasir pada tahun 2002. Tidak mudah. Kegagalan acap kali ditemuinya. "Saya sudah 10 tahun bereksperimen melukis dengan pasir sejak tahun 2002," sebut Faizan.

Salah satu kesulitan dalam melukis dengan cat adalah saat memadukan warna. Tidak bisa seperti cat biasa yang bisa dengan mudah ditimpa. "Nggak seperti cat bisa ditimpa. Ini harus sekali jadi tidak bisa salah," sambungnya.

Faizan pun memakai lem biasa untuk merekatkan pasir-pasir tersebut supaya menyatu. Jadi, kata dia, lem dengan pasir sebagai pengganti cat. Kesulitan lainnya yakni sumber pasirnya. Ia mengaku pasir yang digunakannya tidak hanya berasal dari satu tempat. Ada pasir yang dari Lampung, Palembang, hingga Cilacap. Hal ini dilakukannya semata berdasarkan karakter pasirnya. "Pasir ini bisa sinkron nggak, baru bisa kita ambil," tegasnya.

Dengan sumber tempat pasir yang beragam, otomatis ongkos yang harus ditanggung Faizan terbilang mahal. Ditanyai berapa jumlah lukisan yang dihasilkan per bulannya, Faizan tidak bisa memberikan angka yang pas. Menurut dia, melukis itu tidak bisa dipasang target. Itu semata timbul dari hati. "Kalau saya jujur kalau dari hati belum tergerak ya belum bisa. Satu minggu ada yang baru dapat tema, ada yang hanya konsep karyanya sampai satu bulan," terang dia.

Hingga saat ini ia telah menghasilkan lebih dari 100 karya. Karya yang paling besar diantaranya adalah Al-Fatihah dan Asmaul Husna. Karya Asmaul Husna dihargainya di atas Rp 100 juta sedangkan Al-Fatihah bisa di bawah Rp 100 juta. "Belum laku ada yang nawar baru Rp 17 juta," sebutnya. 

Sementara itu, harga lukisan yang termurah ukuran kecil adalah Rp 100 ribu untuk dua set lukisan. Faizan mengaku, ia mengerjakan sendiri semua lukisannya. Kalau terlalu banyak yang mengerjakan, kata dia, justru jadi merepotkan. Faizan pun punya sebuah mega proyek. Ia berniat menuangkan 30 juzz Al-Quran ke dalam lukisan dengan pasir. Sekarang ini masih 4 juzz yang ia kerjakan. Ukuran lukisannya 70 x 120 sentimeter.

Setelah dihitung-hitung, modal pembuatannya bisa mencapai Rp 2 miliar. Modal besar itu karena, salah satunya, mahal di ongkos pembuatan seperti mencari pasirnya. Ia berharap mega proyeknya ini bisa selesai dalam 5 tahun. "Umpamanya biaya itu ready segitu ada, ya 4-5 tahun bisa selesai. Tapi kalau sambil jalan Allahu alam, entah itu 5-10 tahun," sebutnya.

Produk lukisan "pasir bertasbih" baru mengikuti pameran sejak akhir 2011. Salah satunya yakni pameran produk kerajinan Inacraft 2012 yang berlangsung akhir pekan kemarin. Keikutsertaannya dalam pameran tahunan ini dibantu oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman. "Mereka memfasilitasi setengah tahun ini," tambah Faizan yang mengaku sudah mengikuti beberapa kali pameran dengan bantuan dinas setempat.

Sekalipun belum menggelar pameran tunggal, usaha Aqil Al-Akhyar Art (sands of calligraphy) milik Faizan sudah mendapat lirikan dari pembeli asing. Pada dua hari pertama Inacraft di gelar, lukisannya diminati buyer dari China, Canada dan Dubai. Tapi mereka tak mau bertransaksi di tempat pameran.

Mereka berniat datang langsung ke tempat workshop di Sleman, Yogyakarta. "Belum mereka nggak mau jual-beli di pameran. Ya saya katakan OK, setuju, I call u. Ya kita ketemu di showroom," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com