Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Salah Paham Terkait Vasektomi

Kompas.com - 02/06/2012, 08:36 WIB

Jakarta, Kompas - Masih banyak warga masyarakat salah memahami vasektomi. Hal itu menyebabkan rendahnya pemanfaatan vasektomi sebagai alat kontrasepsi pria. Padahal, metode ini sangat efektif dan aman untuk mencegah kehamilan.

Demikian disampaikan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia Pusat, Asri, saat Pelepasan Konvoi Mobil Pelayanan untuk melakukan Metode Operasi Pria di halaman Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jumat (1/6), di Jakarta.

Asri mengatakan, masih banyak warga yang menyamakan vasektomi dengan kebiri, padahal keduanya jauh berbeda. Pada kebiri, kedua testis pria diambil. Dengan begitu, tidak hanya produksi sperma terhambat, tetapi juga hormon testosteron. Akibatnya, kumis dan rambut ketiak rontok, tubuh menjadi gemuk, dan hasrat seksual berkurang.

Adapun vasektomi hanya memotong sebagian kecil saluran sperma yang terhubung antara testis dan kantong mani. Pemotongan dilakukan dengan melukai secara tumpul skrotum sepanjang 0,5 sentimeter.

”Operasinya singkat, sekitar 10 menit, tidak menggunakan pisau bedah sehingga perdarahan minimal,” Asri menjelaskan.

Selain itu, lanjutnya, ada anggapan keliru bahwa pria yang sudah divasektomi kehilangan gairah seksual. Yang berbeda setelah vasektomi hanya sperma tidak keluar saat ejakulasi, dengan demikian tidak terjadi kehamilan. Jika saluran yang dipotong ingin disambung lagi (rekanalisasi), hal itu dimungkinkan.

Menurut Asri, kurangnya sosialisasi menyebabkan pemahaman tentang vasektomi keliru sehingga pria yang melakukan vasektomi pun rendah.

Tahun 2012 BKKBN menargetkan 7,3 juta peserta KB baru. Dari jumlah itu, sampai April 2012 baru tercapai 2,8 juta peserta. Sebagian besar (49,4 persen) peserta baru menggunakan suntik sebagai pilihan kontrasepsi, disusul oleh pil (26,8 persen) dan implan/susuk (8,3 persen), lalu IUD (7,4 persen).

Kondom lebih favorit

Peserta yang memilih vasektomi sebagai alat kontrasepsi hanya 0,3 persen dari 2,8 juta peserta KB baru. Sebagian besar pria lebih memilih kondom (6,3 persen) sebagai alat kontrasepsi.

Kepala BKKBN Sugiri Syarief mengatakan, salah satu sasaran vasektomi ialah penduduk yang tinggal di daerah kumuh perkotaan. Sehari-hari mereka disibukkan dengan bekerja mencari nafkah sehingga sedikit yang memanfaatkan fasilitas kesehatan. Fasilitas layanan KB berkualitas di daerah tersebut masih terbatas.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah penduduk yang tinggal di daerah kumuh perkotaan di Indonesia pada September 2011 sebanyak 10,95 juta orang. Mereka pada umumnya memiliki 3 anak hingga 6 anak.

Direktur Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus BKKBN M Yamin Waisale menginformasikan, selama enam minggu ke depan BKKBN menyiapkan mobil pelayanan vasektomi yang disebar di 18 kecamatan di perbatasan DKI Jakarta dengan Jawa Barat dan Banten. Program ini diharapkan bisa menambah peserta baru vasektomi sebanyak 50 orang per kecamatan. (adh)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com