Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Prematur Rentan Buta

Kompas.com - 03/06/2012, 03:29 WIB

Balqis (6) masih meringkuk di inkubator ketika harus diterbangkan ke Singapura untuk menjalani terapi laser mata. Ibundanya, Primaningrum, lantas menunjukkan kenang-kenangan berupa foto di paspor Balqis, lengkap dengan selang alat bantu napas.

Kala itu, Balqis, yang lahir kembar prematur, harus berkejaran dengan waktu. Bahaya kebutaan akibat retinopathy of prematurity (ROP) mengancamnya. Dua kali menjalani operasi dan harus bolak-balik Jakarta-Singapura, mata Balqis ternyata tak tertolong.

Hal serupa terjadi pada Michael Anthony (9) yang juga lahir prematur. ”Awalnya saya curiga, kenapa matanya tidak pernah sinkron satu sama lain. Bahkan sering kali tiba-tiba salah satu matanya menjadi putih semua,” kenang ibunda Michael, Menta.

Dokter Spesialis Mata dari Rumah Sakit Mata Dr Yap Yogyakarta, Rastri Paramita, menyatakan, pembuluh darah retina bayi baru tumbuh sempurna pada usia dua minggu setelah lahir. Pembuluh darah retina ini sudah mulai berkembang sejak usia kehamilan 16 minggu. ”Bila bayi lahir prematur, pembuluh darah retina belum tumbuh sempurna,” ujar Paramita.

Penyebab pasti ROP belum diketahui, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko tersebut antara lain bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu, berat badan lahir kurang dari 1.500 gram, lahir dengan gangguan pernapasan, gangguan jantung, menerima transfusi darah berulang, dan mendapat terapi oksigen lebih dari tujuh hari.

Semakin muda usia bayi dilahirkan atau semakin kecil berat badannya, semakin berisiko bayi tersebut mengalami ROP. Bila retina belum terangkat (ablasi), bayi akan diterapi menggunakan laser, sedangkan untuk kasus dengan ablasi retina harus dilakukan terapi operatif. ”Perlu dilakukan deteksi dini pada bayi prematur sehingga bisa segera dilakukan terapi untuk mencegah ablasi, ” tambah Paramita. (ARN/WKM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com