Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fasilitas Radioterapi Belum Merata

Kompas.com - 20/06/2012, 02:30 WIB

Jakarta, Kompas - Fasilitas radioterapi untuk pasien kanker di Indonesia belum merata. Akibatnya, banyak pasien kanker yang tidak tertangani oleh fasilitas radioterapi.

Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Staf Medis Fungsional Onkologi Radiasi RS Dharmais Defrizal dalam penyuluhan kanker di rumah sakit itu, Selasa (19/6). Menurut dia, ada 20 rumah sakit yang menjadi sentra pelayanan kanker tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Enam di antaranya di Jakarta. Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing memiliki tiga rumah sakit. Jawa Barat dan DI Yogyakarta masing-masing satu rumah sakit.

Sentra pelayanan ini bisa melayani 15.000-18.000 pasien per tahun. Padahal, ada lebih dari 100.000 pasien kanker stadium lanjut memerlukan radioterapi.

”Kita bisa lihat di beberapa rumah sakit pasien harus menunggu 2-3 bulan untuk mendapat radioterapi,” ujar Defrizal.

Sebagai pusat layanan kanker nasional, RS Dharmais menyediakan layanan radiasi eksternal, brakiterapi, internal, dan radiasi darah untuk transfusi. Ada pula alat radiasi eksternal tiga dimensi (3D) yang lebih canggih dibandingkan dua dimensi (2D).

Cakupan pelayanan radioterapi yang terbatas membuka peluang pengobatan kanker di luar pelayanan medis. Ironisnya, informasi tentang radioterapi dari lembaga penyedia layanan kesehatan nonmedis kerap menyesatkan sehingga muncul anggapan bahwa radioterapi memiliki efek samping berbahaya.

Radioterapi merupakan metode pengobatan kanker di samping pembedahan dan obat. Selain untuk menyembuhkan (kuratif) kanker, pengobatan radioterapi juga dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup (paliatif). Kanker pada pasien pengobatan paliatif tidak disembuhkan, hanya dihentikan efek negatifnya.

Diminimalkan

Defrizal menuturkan, dalam pengobatan radioterapi, diagnosis jenis kanker dan stadiumnya sangat penting. Dengan informasi itu, cara pengobatan dan dosis yang diperlukan bisa diketahui sehingga efek samping diminimalkan.

Mantan pasien kanker nasofaring (bagian belakang hidung) RS Dharmais, Misbah Amrullah (19), menyampaikan, setelah menjalani radioterapi dan kemoterapi pada Februari-Agustus 2011, kulit lehernya terlihat lebih hitam. Pria itu mengakui, efek samping didapat karena setelah mendapat radioterapi, aktivitasnya di kampus meningkat dan terkena sinar matahari langsung.

”Saya saja yang bandel. Seharusnya memakai payung pada siang hari agar tidak terkena sinar matahari langsung. Tetapi, masak setiap hari di kampus saya harus pakai payung,” katanya.

(ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com