Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Makin Jadi Masalah Negara Berkembang

Kompas.com - 23/06/2012, 02:37 WIB

Jakarta, Kompas - Perkembangan penyakit kanker di negara berkembang melampaui negara maju. Penyakit itu menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban bagi negara berkembang.

Hal itu dikemukakan dokter subspesialis hematologi-onkologi medik yang juga pengurus Yayasan Kanker Indonesia, Aru Sudoyo, dalam acara Roche Media Health Forum tentang penyakit kanker, Jumat (22/6), di Jakarta.

Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Aru mengatakan, total kematian akibat kanker di negara maju stagnan, yakni 2,1 juta kematian tahun 2005 diproyeksikan menjadi 2,5 juta jiwa tahun 2030. Di negara berkembang, proyeksi jumlah kematian jauh lebih besar, dari 5,5 juta jiwa tahun 2005 menjadi 8,9 juta kematian tahun 2030.

”Kanker usus besar semula dianggap ancaman bagi negara maju karena diet tinggi lemak dan kurang serat, tetapi sekarang makin sering di negara berkembang, termasuk di Indonesia,” ujarnya.

Data proyeksi Globocan tahun 2008 menyebutkan, 41,2 persen kasus baru terjadi di Asia, 14,3 persen di Amerika Utara, serta 36 persen di Eropa.

Penduduk di negara berkembang cenderung lebih muda terkena kanker. Data National Cancer Institute Canada, kasus kanker usus besar di bawah usia 40 tahun 3 persen. Sebagian besar kanker terjadi pada penduduk berusia 50-60 tahun. ”Di Indonesia, kanker usus besar ditemukan pada usia 30-40 tahun,” ujarnya.

Menurut Aru, diet yang buruk, kurang aktivitas, rokok, dan lemahnya deteksi dini menambah jumlah penderita kanker di negara berkembang. Sebaliknya, di negara maju, kanker makin baik diantisipasi dengan deteksi dini, edukasi memadai, ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan, serta asuransi kesehatan.

Head of Medical Management PT Roche Indonesia Arya Wibitomo mengatakan, penelitian pengobatan kanker semakin maju dan mengarah pada terapi gabungan. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com