Angka penularan HIV dari ibu ke bayinya sebelumnya hanya 1,2 persen dari total jumlah pengidap. Sekarang menjadi 2,7 persen.
”Risiko penularan dari ibu ke bayi berpotensi meningkat karena ada 3.200 ibu rumah tangga pengidap HIV di Indonesia. Mereka berpeluang hamil dan melahirkan. Ditambah banyak pengidap yang belum ditemukan,” kata Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Subuh di Jakarta, Selasa (3/7).
Data Kemenkes, selama tiga bulan pada awal tahun 2012, ditemukan 6.000 orang dengan HIV baru. Hingga akhir tahun, jumlahnya diperkirakan 24.000 kasus baru. Ini akan menambah akumulasi jumlah pengidap HIV periode tahun 1987-2011 sebanyak 81.000 orang, di mana 5.300 orang di antaranya meninggal.
Anjuran pemeriksaan HIV pada ibu hamil dikampanyekan di daerah berisiko tinggi, seperti Provinsi Papua Barat. Selain itu, ibu hamil dari kelompok berisiko juga menjadi sasaran. Contohnya, istri dari suami pengguna narkoba suntik, istri dari suami dengan HIV/AIDS, dan perempuan pekerja seks komersial.
Menurut Subuh, tak mudah mengampanyekan pemeriksaan HIV untuk ibu hamil. Petugas berhadapan dengan pandangan negatif masyarakat yang dipicu minimnya pengetahuan mereka.
Oleh karena itu, akan dirumuskan kebijakan bersama dengan direktorat kesehatan
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Samsuridjal Djauzi mengatakan, ibu hamil yang diketahui sejak dini mengidap HIV berkesempatan mendapat pengobatan ARV untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
”Ibu hamil dengan HIV yang ditangani sejak dini tak berisiko menularkan penyakit kepada anaknya. Sebaliknya, sulit mencegah penularan HIV dari ibu hamil yang baru diketahui positif saat lima hari jelang persalinan,” katanya.