Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2012, 06:35 WIB

Jakarta, Kompas - Indonesia memerlukan institut kanker nasional sebagai pusat penelitian khusus penyakit kanker.

Peraih Nobel dalam studi genetik dasar kanker sekaligus Direktur The United States National Cancer Institute, Harold Varmus, mengatakan, pendirian lembaga itu diperlukan untuk memahami aspek kanker secara spesifik di tiap negara dan mengambil langkah efektif untuk pencegahan dan pengobatan kanker.

”Penelitian menjadi kunci pemberantasan kanker. Karena itu, perlu dicari data dasar kasus kanker di Indonesia,” kata Varmos, Senin (9/7), di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Penelitian menyeluruh tentang kanker akan menemukan faktor-faktor risiko timbulnya kanker. Varmos mencontohkan, karena 63 persen lelaki dewasa di Indonesia merokok, konsumsi tembakau menjadi salah satu penyebab serius kanker.

”Faktor genetik menjadi salah satu penyebab kanker. Tapi, kebiasaan penduduk merokok juga harus diwaspadai,” ujarnya.

Dekan FKUI Ratna Sitompul mengatakan, karena belum ada data secara nasional tentang penyakit kanker, seakan-akan jumlah kasus kanker di Indonesia tidak seberapa. Di sisi lain, pengobatan kanker membutuhkan biaya ratusan juta rupiah.

”Kita harus membuat road map nasional untuk mengatasi kanker di Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan institut kanker nasional,” kata Ratna.

Pembentukan institut kanker nasional, menurut dia, membutuhkan kebijakan nasional dari pemerintah. Pemerintah perlu mengalokasikan dana khusus untuk penelitian, pencegahan, dan pengobatan penyakit kanker.

Dalam rangka mendukung penelitian tentang kesehatan di Indonesia, termasuk kanker, Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan The National Institute of Health mengalokasikan dana 13,5 juta dollar AS (sekitar Rp 127 miliar).

Deputy Mission Director USAID Derrick Brown menambahkan, dana itu diaplikasikan dalam program Partnerships for Enhanced Engagement in Research Health, proyek kolaborasi penelitian para peneliti Amerika Serikat dan Indonesia. (ABK)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com