Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2012, 14:16 WIB

KOMPAS.com - Saya masih ingat bagaimana ekspresi kebahagiaan pasangan suami istri yang tiga hari lalu tersenyum ceria. Saat itu, saya melihat mereka  begitu bahagia menimang bayi pertamanya. Hari ini saya kebetulan lewat di depan ruang bayi. Hari ini saya lihat wajah suaminya begitu sedih, sementara istrinya menangis tersedu-sedu.

Saya dekati mereka dan bertanya, ada apa? Rupanya dokter anak baru saja menjelaskan bahwa bayi mereka kulitnya kuning dan perlu mendapat terapi sinar. Padahal, hari ini rencananya mereka akan pulang dan membawa serta bayinya. Semua acara penyambutan bayi sudah disiapkan di rumah. Akhirnya dengan perasaan berat dan sedih  mereka menitipkan bayinya di rumah sakit seperti saran dokter. Upaya itu dilakukan agar mendapat terapi sinar untuk  penyembuhan kuning pada bayi .

Hal seperti ini hampir tiap hari terjadi di tempat perawatan bayi. Sebagian besar bayi yang lahir terutama bayi kurang bulan akan mengalami masalah kuning atau disebut juga joundice atau icterus neonatorum. Warna kuning pada kulit bayi akibat  peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Frekuensi menurut kepustakaan adalah 50 % untuk bayi cukup bulan dan 80 % untuk bayi prematur dalam hari pertama kehidupan. Terdapat 10 % neonatus  (bayi baru lahir  umur 0 sampai 28 hari) dengan kadar bilirubine di atas 10 mg % .

Banyak pertanyaan yang saya terima sehubungan dengan kuning pada bayi baru lahir, beberapa di antaranya adalah :

1 . Apakah kuning  (icterus neonatorum) pada bayi  berbahaya ?

Kuning pada bayi  merupakan keadaan yang sering dijumpai. Untuk mengetahui  apakah kuning tersebut berbahaya atau tidak, harus membedakan dulu apakah kuning yang fisiologis atau yang patologis. Pada bayi normal kuning bisa terlihat jelas bila bilirubine indirek meningkat sampai dengan 12 mg / dl  sementara pada bayi prematur  bila nilai bilirubine indireknya lebih dari 10 - 12 mg / dl  , bahkan bisa di atas 15 mg / dl.

2 . Apa perbedaan kuning  yang dalam batas normal  dan kuning yang tidak normal?

Secara sederhana dapat diketahui dengan cara mengamati kapan timbulnya kuning.
- Jika kuning timbul dalam 24 jam pertama setelah kelahiran bayi.
- Kuning menetap selama seminggu pada bayi yang terlahir cukup bulan.
- Kuning menetap 2 minggu pada bayi prematur, maka disebut kuning yang patologis (berbahaya )

Bila  kuning timbul lebih dari 24 jam pertama, misalkan pada hari ke tiga maka disebut kuning yang fisiologis atau normal. Meskipun fisiologis dan normal tetap diperlukan pemantauan lebih khusus terhadap kenaikan kadar kuning pada bayi tersebut, juga tanda - tanda fisik  yang lain. Misalnya apakah bayi tampak lemas, malas minum, berat badan bayi cenderung turun, peningkatan suhu tubuh, warna tinja dan sebagainya.

3. Apa penyebab terjadinya kuning (icterus neonatorum) pada bayi ?

Banyak sekali penyebabnya, di antaranya adalah akibat dari proses pemecahan sel darah merah pada bayi. Hampir 75 % sd 85 % bilirubine yang dihasilkan bayi berasal dari pemecahan sel darah merah atau eritrosit bayi. Bilirubine  hasil metabolisme ini seharusnya dapat diproses di hati dan terbuang melalui urine dan tinja bayi, tetapi proses  ini belum berlangsung sempurna pada bayi. Sehingga bilirubine menyebar ke kulit dan kadang tampak pada mata .

Beberapa sebab lain adalah Inkompatibilitas rhesus, anemia hemolitik, rendahnya kadar enzim G6PD, pembuntuan saluran empedu bayi, infeksi, ABO  dan faktor lainnya.

4. Bagaimana Fototerapi  (terapi sinar)  berperan dalam penyembuhan kuning pada bayi ?

Alat terapi sinar/ fototerapi secara umum terdiri dari lampu halogen, lampu cool white, daybright atau blue fluorescent yang di tutup dengan pelindung yang terbuat dari Plexiglass. Prinsip kerja sinar fototerapi adalah fotoisomerisasi dan fotooksidasi.  Melalui sinar yang dipancarkan, bilirubine yang tertumpuk di kulit akan diubah menjadi fotobilirubine, lumirubine, dan produk-produk dari oksidasi bilirubine.

Ketiganya akan masuk dalam sirkulasi darah dan berikatan dengan albumin (protein darah) lalu  dibawa ke hati dan ginjal. Tanpa melalui proses  di hati, fotobilirubine dan lumirubin segera ditransportasikan melalui saluran empedu, dikeluarkan dari dalam tubuh bayi lewat tinja bayi dan produk oksidasi bilirubine dikeluarkan melalui air seni ( kencing) bayi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com