Tumpukan baterai sekali pakai bekas kian tinggi
Berangkat dari persoalan itu, Atina Husnayain, M Ridwan Arifin, dan Muthmainnah Windawati (ketiganya mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga) menawarkan solusi pembuatan baterai alternatif dengan metode pemulihan baterai sekali pakai menggunakan biji tumbuhan nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Buah ini luarnya mirip kelengkeng, tetapi bijinya mirip kemiri.
”Biji nyamplung mengandung asam kalofilat dan asam takawahol yang bisa mengganti pasta karbon dalam baterai kering (dry cell). Baterai alternatif ini bisa meningkatkan efisiensi baterai sekali pakai dan mengurangi pencemaran lingkungan,” kata Atina saat presentasi di hadapan tim juri Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia, bagian dari kegiatan tahunan MIPA untuk Negeri 2012, Sabtu (14/7), di Universitas Indonesia, Depok.
Dalam penelitian selama tiga bulan, mereka menyimpulkan, kualitas baterai biji nyamplung lebih baik, daya tahannya lebih kuat, serta lebih murah dibandingkan dengan baterai alternatif dari kentang, lemon, dan anggur. Serbuk biji nyamplung menggantikan serbuk karbon berwarna hitam dalam baterai.
”Kami awalnya mencoba-coba saja karena di kampus kami dan kampung banyak tumbuhan nyamplung. Selama ini, yang kami tahu, biji nyamplung dipakai untuk bahan biodiesel, tetapi belum untuk baterai,” kata Ridwan seusai presentasi bersama kedua rekannya.
Pemulihan baterai sekali pakai bekas dilakukan dengan mengeluarkan pasta karbon dan menggantinya dengan biji nyamplung dalam bentuk parutan dan serbuk. Biji nyamplung, kata Atina, ditumbuk dan dioven selama tiga hari. Setelah itu, baterai dipasang pada jam meja. Hasilnya, pemulihan baterai dengan serbuk biji nyamplung memiliki kekuatan 1,5 volt dan 0,055 ampere. Ini mendekati kekuatan baterai-baterai yang sering digunakan, yakni 0,06 ampere.
”Daya tahan dry cell biji nyamplung bisa menghidupkan jam weker selama 17 hari. Harga produksi untuk satu isi baterai sekitar Rp 30. Satu kilogram biji nyamplung bisa mengisi 70 baterai,” kata Ridwan.
Baik Ridwan maupun Atina menegaskan, inovasi mereka tidak akan menghasilkan limbah apa pun. Pasta karbon di dalam baterai bisa dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku tinta whiteboard sehingga baterai biji nyamplung tidak menghasilkan limbah.
”Kami sudah siap memproduksi baterai alternatif ini jika ada yang berminat,” ujar kedua mahasiswa itu mantap.