Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2012, 09:34 WIB

Empat anak berusia tiga tahun berkejaran mengitari sang ibu, Vitta Ike Nur. Malik, Luvena, Jasmin, dan Zahran, nama keempat anak itu, lahir pada tanggal bersamaan, 31 Oktober 2008, di Rumah Sakit Efarina Etaham, Purwakarta, Jawa Barat. Vitta melahirkan keempat anak kembar itu melalui bedah caesar.

Saat dilahirkan dalam kondisi prematur, berat badan anak-anak itu di bawah normal. Paling berat adalah 1,7 kg dan yang paling kecil 1,2 kg. Untuk menangani mereka, Vitta, yang menjadi dokter di klinik kecantikan, meminta bantuan pengasuh. Seorang pengasuh untuk satu anak. Perkembangan anak-anak itu harus diawasi ketat mulai penggunaan lampu selama tidur hingga asupan nutrisi. Masa krusial pada usia satu tahun pun terlewati. Empat bocah itu tumbuh seperti anak seusianya: lincah, polos, dan menggemaskan.

”Delapan tahun saya menanti mereka,” ujar Vitta yang menikah dengan Didit Widagdo, seorang dokter bedah, pada 3 April 2000. Karena ingin segera memiliki momongan, segala cara pun dicoba pasangan ini, baik berobat medis maupun alternatif sejak menikah. Delapan tahun terlewati. Vitta, yang berusia 34 tahun, sadar harus bergegas.

Metode reproduksi berbantu pun mereka pilih dengan pembuahan in vitro atau di luar tubuh. Dibantu dokter di Klinik Aster RS Hasan Sadikin, Bandung, pembuahan Vitta dan Didit dilakukan terpisah. Empat embrio yang dihasilkan kembali diimplantasi ke rahim Vitta. Mereka beralasan, semakin banyak embrio semakin menjamin keberhasilan pembuahan. Peluangnya kian banyak. Tak disangka, empat embrio itu semuanya berkembang menjadi bayi. Delapan bulan kemudian Vitta menjadi ibu bagi empat bayi sekaligus.

Bayi tabung

Kisah Vitta adalah satu keberhasilan program pembuahan in vitro yang kerap disebut bayi tabung. Embriolog, Harris Harlianto, beberapa saat lalu, menuturkan, istilah bayi tabung itu muncul dari praktik lama pembuahan in vitro yang dilakukan pada tabung reaksi. Sel telur dalam tabung ditetesi sperma. Pembuahan berlangsung dalam tabung. Metode itu kini sudah ditinggalkan. Pembuahan in vitro kini memakai cawan petri.

Pembuahan di luar tubuh sangat berkaitan dengan usia perempuan. Semakin tua peluang keberhasilannya semakin tipis. Hal ini berkaitan dengan kualitas sel telur yang terus menurun seiring usia. Harris menyebut perempuan dengan usia 30 tahun ke bawah peluang keberhasilannya mencapai 52 persen. Lebih dari 30 tahun tinggal 40 persen.

Klinik Aster adalah satu dari 20 klinik fertilitas yang tersebar di delapan kota di Indonesia. Mereka menawarkan jasa reproduksi berbantu, membantu pasangan suami-istri untuk mendapatkan anak dengan cara medis. Setiap tahun Klinik Aster bisa menangani sekitar 50 pasangan yang ingin mendapatkan buah hati. Tak semuanya berhasil pada kesempatan pertama.

Menurut Kepala Klinik Aster Wiryawan Permadi, beberapa metode digunakan, mulai pemberian obat, inseminasi intra uterin atau memasukkan sperma ke rahim ibu dengan bantuan alat, pembuahan in vitro, hingga vitrifikasi atau penyimpanan sel telur beku. Dua prosedur penanganan disiapkan, jangka panjang bagi pasangan muda dan jangka pendek bagi pasangan yang memasuki usia rawan.

Menurut Wiryawan, masalah sulit hamil yang dialami pasangan disebabkan berbagai faktor, mulai dari jumlah sperma kurang dari 20 juta sel per mililiter, saluran telur tak normal, hingga kelainan pada indung telur. Klinik fertilitas ingin mengubah stigma mandul bagi pasangan yang belum dikaruniai anak.

Sesuai metodenya, pembuahan in vitro tidak murah. Selain peralatan dan tenaga ahli yang dilibatkan, tarif untuk satu siklus sebesar Rp 49 juta. Harris menilai, angka itu itu lebih ringan dibandingkan bila mengikuti program pembuahan in vitro di luar negeri, seperti Singapura.

Wiryawan menjelaskan, saat ini tengah dipersiapkan program pembuahan in vitro yang berbiaya murah. (eld)

   

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com