Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2012, 13:05 WIB

KOMPAS.com - Setelah keluarnya izin penggunaan pil Truvada sebagai obat untuk mencegah HIV, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong negara-negara miskin dan kaya untuk sama-sama menyiapkan proyek percontohan agar lebih memahami manfaat dari penggunaan obat HIV tersebut.

Himbauan itu dikeluarkan empat hari setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyetujui penggunaan pil Truvada yang dibuat oleh Gilead Sciences Inc. Konsep ini dikenal sebagai profilaksis prapajanan (PrEP). Penggunaan pil Truvada ditujukan untuk orang yang tidak terinfeksi, tetapi mungkin terlibat dalam aktivitas seksual dengan pasangan HIV-positif.

Truvada, yang menggabungkan obat anti HIV tenofovir dan emtricitabine dalam satu pil, banyak digunakan untuk mengobati orang yang sudah terinfeksi virus penyebab AIDS.

"WHO mendorong negara-negara yang ingin memperkenalkan konsep PrEP untuk pertama kalinya di proyek-proyek kecil untuk membantu para pekerja kesehatan masyarakat supaya lebih memahami dan menyadari manfaat dari penggunaan pil Truvada," kata WHO dalam sebuah rilis.

"Ini dapat mencakup laki-laki atau wanita transgender yang berhubungan seks dengan pria," tambahnya.

Juru bicara WHO Sarah Russell berharap, Gilead sebagai produsen Truvada dapat menyediakan pil pencegah HIV ini dengan harga murah khususnya di beberapa negara miskin.

"Kami percaya Gilead menurunkan harga sekitar 100 dollar AS per tahun per orang, di negara-negara miskin," katanya dalam sebuah wawancara.

WHO mencatat bahwa studi internasional yang disebut Partner PrEP telah menunjukkan bahwa obat-obatan HIV sangat efektif untuk mencegah penularan penyakit pada pria dan wanita yang pasangannya terinfeksi.

Hal itu terbukti lewat riset yang dilakukan di Kenya dan Uganda yang didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation, dimana setiap partisipan mengambil satu tablet sehari yang mengandung tenofovir atau tenofovir dalam kombinasi dengan emtricitabine.

WHO juga kembali mengingatkan agar orang-orang yang masuk dalam kelompok berisiko supaya tetap menggunakan kondom dan terus mengonsumsi obat setiap hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com