Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/07/2012, 07:51 WIB

Jakarta, Kompas - Imunisasi sebagai bagian dari pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan penyakit. Karena itu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi merisaukan adanya gerakan anti-imunisasi, termasuk imunisasi hepatitis.

”Jika terkena hepatitis, seperti yang dialami Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Dahlan Iskan, harus menjalani transplantasi. Padahal, penyakit itu sebenarnya bisa dicegah,” kata Nafsiah pada peringatan Hari Hepatitis Dunia, Sabtu (28/7), di Jakarta.

Dahlan Iskan hadir menyampaikan testimoni atas penyakit hepatitis yang pernah dialaminya. Dahlan mengatakan, saat itu, ia sampai muntah darah karena sirosis (pengerasan hati).

Sirosis seperti yang dialami Dahlan dapat menimbulkan kanker hati. Upaya transplantasi atau pencangkokan hati memakan biaya tidak sedikit, terutama untuk perawatan pasca-operasi. Pengobatan untuk membasmi virus dari tubuh juga memerlukan biaya besar.

Sebelum hadir di Kementerian Kesehatan, Dahlan mengecek ketersediaan obat generik lamivudine untuk hepatitis di beberapa apotek Kimia Farma di Jakarta. Tidak semua apotek tersebut menyediakan lamivudine yang hak pemasarannya dimiliki Kimia Farma.

”Ada apotek yang menjual lamivudine 36 kapsul dalam sebulan. Padahal, obat ini seharusnya dikonsumsi setiap hari oleh penderita hepatitis,” katanya.

Dahlan menilai pengobatan bagi penderita hepatitis masih kurang. Keterjangkauan harga obat diperkirakan menjadi salah satu kendala. Ia mendorong agar lamivudine diproduksi di dalam negeri untuk menekan harga.

Menkes menyatakan, selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat juga harus dijalankan. Saat ini, kasus hepatitis B di Indonesia terbesar ketiga di kawasan Asia Pasifik.

”Terdapat sekitar 17 juga pengidap hepatitis di Indonesia. Rinciannya, 13 juta pengidap hepatitis B dan sekitar 4 juta pengidap hepatitis C,” kata Nafsiah.

Ada beberapa jenis virus penyebab hepatitis, yakni virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G. Virus hepatitis B dan C paling banyak menjangkiti masyarakat. Sekitar 70 persen tidak memiliki gejala jelas sehingga dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksinya.

”Prevalensi hepatitis 9,4 persen. Artinya, dari 10 orang terdapat satu orang terinfeksi virus hepatitis,” ujar Nafsiah.

Pada peringatan Hari Hepatitis Dunia juga dihadirkan dua penderita hepatitis lain yang sudah menjalani transplantasi hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. (NAW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com