Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/07/2012, 11:02 WIB

Kompas.com - Seperti halnya bagi wanita, para pria juga menganggap kerontokan rambut sebagai masalah besar. Sayangnya sebagian besar kasus kerontokan rambut para pria disebabkan oleh faktor keturunan.

Jenis penipisan rambut pada pria disebut juga dengan istilah kebotakan khas pria (male pattern baldness). Tanda-tanda yang jelas adalah mundurnya garis rambut, tumbuhnya titik kebotakan pada pusat rambut atau keduanya.

Menurut American Hair Loss Association, kebanyakan pria mengalami penipisan rambut di usia 50 tahun, namun ada juga yang sudah mulai di usia 21 tahun. Meski begitu faktor keturunan tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas kebotakan tersebut. Sekitar dua pertiga pria mengalami kebotakan karena berbagai sebab, misalnya obat-obatan, kekurangan zat gizi, dan juga stres.

Karena faktor keturunan tidak bisa diubah, penipisan rambut oleh penyebab yang bukan genetik itu masih bisa dicegah. Misalnya saja dengan manajemen stres yang lebih baik serta pengobatan yang tepat. Beberapa obat yang diketahui memiliki efek samping kerontokan rambut antara lain obat pengencer darah dan obat untuk penyakit psikiatri.

Beberapa penelitian juga mengaitkan kebiasaan merokok dengan kebotakan pada pria. Karena itu mereka yang punya keturunan rambut botak, disarankan untuk menjauhi kebiasaan buruk ini.

Anda juga bisa memicu kesuburan rambut dengan mengonsumsi makanan yang kaya asam lemak omega-3 seperti salmon atau kacang-kacangan. Makanan tersebut kaya akan protein dan mineral yang sudah banyak direkomendasikan oleh dokter untuk pasien kemoterapi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com