Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Mematikan dari Tepi Sungai

Kompas.com - 01/08/2012, 08:01 WIB

Virus ebola yang menyerang Uganda merupakan virus sangat mematikan. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sejak diidentifikasi tahun 1976 di Yambuku, Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire), tak kurang dari 1.850 orang terjangkit di sejumlah daerah, 1.200 orang di antaranya meninggal dunia.

Penyakit ebola atau demam berdarah ebola merupakan infeksi akut. Virus berinkubasi dalam tubuh selama dua hingga 21 hari. Gejalanya demam tinggi, otot nyeri, sakit tenggorok, lemah, muntah, dan diare. Mata penderita menjadi merah dan kulit berbintik-bintik. Dalam beberapa kasus, organ penderita tidak berfungsi dan terjadi perdarahan hebat.

Dinamai seperti nama sungai kecil di Kongo, virus itu mematikan 37 orang di Uganda bagian barat tahun 2007 dan 170 orang di Uganda utara pada 2000. Dalam wabah kali ini, 14 orang meninggal dalam tiga pekan terakhir.

Menurut situs Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, virus ebola termasuk famili Filoviridae. Ada lima subtipe, yakni ebola-Zaire, ebola-Sudan, ebola-Pantai Gading, dan ebola-Bundibugyo yang menyerang manusia serta ebola-Reston yang menyerang primata (monyet, gorila, dan simpanse).

Virus menular lewat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, air seni, ataupun tinja penderita. Juga menular lewat jarum suntik atau benda yang tercemar darah ataupun cairan tubuh penderita. Virus bisa menyebar pada prosesi pemakaman saat pelayat menyentuh jenazah penderita.

Dokter dan perawat bisa tertular jika merawat pasien ebola tanpa perlindungan cukup, yaitu sarung tangan, masker, kacamata pelindung, sepatu, dan jubah.

Bagaimana jika penyakit ini sampai ke Indonesia? Djoko Widodo, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyatakan, sejauh ini belum ada pengalaman dengan ebola. ”Secara umum kita perlu mewaspadai berjangkitnya penyakit menular di negara lain,” katanya.

Penderita infeksi yang baru pulang dari daerah yang dicurigai terjangkit ebola harus diperiksa secara cermat. Perlu dilakukan uji serologi khusus dengan mengisolasi dan mengultur virus untuk memastikan diagnosis. Penderita diisolasi dan dirawat dengan universal precaution (tindakan pencegahan yang menyeluruh).

Belum ada vaksin ataupun obat untuk penyakit ebola. Pasien hanya diberi terapi penunjang, seperti infus, untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, mempertahankan tekanan darah dan kadar oksigen tubuh, serta mengobati penyakit yang muncul. (AFP/ATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com