Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2012, 15:38 WIB

KOMPAS.com - Keadaan hilang kesadaran dalam waktu singkat atau pingsan mungkin tidak sampai membahayakan nyawa seseorang. Meski demikian, ada sebagian orang yang sering pingsan tanpa penyebab yang jelas.

Kondisi hilang kesadaran ini biasanya terjadi karena tekanan darah ke otak menurun. Pada orang yang sering pingsan, hal itu menjadi masalah yang sulit dikendalikan.

"Mereka kerap hilang kesadaran secara mendadak, dan tentunya membuat hidup mereka terasa lebih berat. Kami tengah mengembangkan pengobatan untuk membantu mereka mengatasi pingsan," kata Samuel F Berkovic, MD, salah seorang peneliti yang merupakan ahli saraf dan Profesor bidang Kedokteran dari University of Melbourne, Australia.

Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Neurology menemukan, pada beberapa kasus seseorang mewarisi kondisi pingsan secara genetik. Para peneliti sendiri masih mengidentifikasi gen apa yang mampu mempengaruhi kondisi pingsan seseorang. Apabila berhasil ditemukan, temuan ini dapat membantu orang-orang yang teratur pingsan agar lebih bisa mengendalikan diri.

Para peneliti mewawancarai 51 pasangan kembar, beberapa di ataranya kembar identik dari satu sel telur, lainnya kembar non identik karena berasal dari sel telur berbeda. Penelitian mensyaratkan setidaknya satu dari pasangan kembar ini memiliki riwayat pingsan dalam hidupnya. Hasil penelitian menemukan, mereka yang kembar identik cenderung lebih rentan mengalami pingsan daripada kembar non identik. Jika salah satunya mudah pingsan, maka kembarannya cenderung memiliki bakat yang sama.

Sedangkan pada pasangan kembar dari dua sel telur, dapat pingsan karena hal-hal eksternal misalnya stres atau syok melihat darah, daripada penyebab biologis seperti dehidrasi. Pasangan kembarnya juga belum tentu ikut pingsan karena alasan yang sama.

"Secara sederhana, sekarang ada bukti kuat penyebab pingsan dari faktor genetik. Selain gen, faktor lingkungan eksternal bisa menyebabkan pingsan misalnya dipicu takut darah, kalut, atau pikiran tidak menyenangkan," kara Ezriel Kornel, MD, ahli saraf di rumah sakit Weschester Utara, Mount Kisco, New York.


Frekuensi pingsan saudara sekandung seperti kakak adik jauh lebih rendah. Penelitian menemukan interaksi gen yang mempengaruhi kondisi pingsan harus diwariskan bersamaan, seperti pada anak kembar identik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com