Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Malang, Tubuh 3 Korban Hancur

Kompas.com - 15/08/2012, 16:28 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Ledakan dahsyat menghebohkan warga di wilayah Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (14/8/2012) malam. Ledakan tersebut bersumber di sebuah rumah sederhana, yakni di rumah perajin petasan bernama Ponari (50).

Ponari adalah warga Dusun Alas Gede, Desa Ngingit, RT 20 RW 06, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Ponari sudah diketahui lebih kurang 10 tahun berprofesi sebagai pembuat bahan petasan yang andal dan disukai pelanggannya.

Peristiwa itu terjadi pada Selasa (14/8/2012) pukul 19.00 WIB. Saat kejadian, di dusun tersebut, umat muslim sedang khusuk menjalankan ibadah shalat tarawih. Diketahui lebih kurang ada 13 rumah dan masjid mengalami kerusakan, berupa kaca pecah akibat kerasnya ledakan yang terjadi di rumah Ponari tersebut.

Adapun yang menjadi korban ledakan dari bahan atau serbuk petasan/mercon itu, di antaranya Ponari sendiri selaku orang yang meracik bahan petasan tersebut. Selain ponari, korban lainnya adalah Listiana (35), istri Ponari yang saat ledakan terjadi sedang berada di dalam rumah. Lalu korban ketiga adalah Sodikin (17), pekerja Ponari.

Akibat kerasnya ledakan, tubuh ketiga korban itu berantakan, sebagian potongan tubuh terlempar ke luar rumah Ponari. Ponari dan istrinya, Listiana, sudah lama memperkerjakan Sodikin untuk membantu meracik bahan petasan yang dijual secara umum tapi rahasia, terutama kepada warga sekitar dan warga di Malang Raya. Selain tiga korban tewas, Senimah (65), mertua Ponari, mengalami luka bakar dan harus dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

"Yang jelas, saat ledakan terjadi layaknya bunyi bom. Pokoknya sangat keras," jelas Ketua RT 19 RW 05 Desa Ngingit, Muhammad Nuri, saat ditemui Kompas.com, Rabu (15/8/2012) di sekitar puing rumah Ponari.

Sesaat setelah kejadian, lanjut Nuri, warga yang sedang melaksanakan shalat tarawih di masjid langsung berhamburan menuju rumah Ponari. "Ternyata rumahnya sudah hancur, kita langsung lapor ke polisi dan pihak desa," kata Nuri.

Menurut Nuri, saking kerasnya ledakan, warga sempat panik dan tak mau mendekati rumah Ponari yang sudah hancur berantakan. "Warga tak mau langsung mencari tubuh korban yang ada di dalam rumah karena warga takut," katanya.

Selain melumatkan rumah Ponari, ledakan bahan petasan juga menghancurkan atap tiga rumah di sebelahnya. "Sejak 10 tahun lalu, kebiasaan Ponari memang membuat bahan petasan jika menjelang Lebaran," aku Nuri.

Sementara itu, adik ipar Ponari, Ahmad Basiri, menceritakan, anggota keluarganya termasuk Ponari merupakan anggota pencak silat di kampungnya. Dalam setiap atraksi, sering kali sejumlah petasan kecil dikalungkan di dadanya sambil diledakkan.

"Jadi Ponari keluarga di sini sudah biasa dengan petasan. Makanya tak ada ketakutan. Sekarang karena ledakannya cukup keras. Kita tak menyangka akan meledak. Karena Pak Ponari itu hanya meracik saja di dalam rumahnya," katanya.

Penyebab bahan petasan itu meledak hingga kini masih belum diketahui. Anggota kepolisian masih melakukan olah tempat kejadian perkara dan mencari potongan tubuh korban di belakang rumah Ponari. Potongan tubuh korban ada yang menyangkut di atas pohon.

Kasat Reskrim Polres Malang Ajun Komisaris Decky Hermansyah yang ditemui Kompas.com di lokasi kejadian mengatakan, untuk sementara, telah ditemukan bahan peledak berupa potasium sebanyak 25 kilogram.

"Barang bukti tersebut sekarang diamankan oleh pihaknya untuk dijadikan barang bukti. Kami langsung mendatangkan Tim Laboratorium Forensik Polda Jatim sebanyak 4 orang. Tim ini untuk mengecek sumber ledakan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com