Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/08/2012, 11:37 WIB

KOMPAS.com — Wabah infeksi tato yang mengenai 19 orang di New York ternyata berasal dari sumber yang tidak diduga, yakni tinta tato. Akibat infeksi tersebut, orang yang membuat tato mengalami gatal, dan kulit yang baru ditato menjadi melepuh.

Infeksi penyakit akibat tindakan tato bukanlah hal baru. Hepatitis, infeksi staph, bahkan bakteri super yang dikenal sebagai MRSA juga terkait dengan tato. Jarum yang tidak steril serta kondisi tidak higienis menyebabkan penularan penyakit.

Namun, wabah infeksi kulit yang ditemukan di New York, Amerika Serikat, dialami oleh mereka yang membuat tato menggunakan peralatan steril. Seniman tato juga menggunakan sarung tangan saat melakukan pekerjaannya.

Karena itu, dugaan kuat infeksi tersebut berasal dari tinta tato yang terkontaminasi bakteri.

"Tindakan membuat tato tidak sepenuhnya aman, bahkan meski kita sudah membuatnya di tempat yang higienis," kata dr Byron Kennedey, Deputi Direktur Departemen Kesehatan di New York.

Dalam satu tahun terakhir, sudah dilaporkan 22 kasus dan 30 kasus yang diduga merupakan infeksi kulit akibat pembuatan tato. Infeksi tersebut terkait dengan tinta tato atau air yang dipakai untuk mengencerkan tinta. Oleh karenanya, seniman tato dan pembuat tinta disarankan hanya memakai air steril untuk mengencerkan tinta.

Makin seringnya laporan akan penularan penyakit akibat tato terjadi karena popularitas tato yang terus meningkat.

Infeksi disebabkan oleh bakteri Mycobacterium chelonae. Bakteri ini bisa menyebabkan rasa gatal dan nyeri serta kulit melepuh. Pengobatannya memerlukan waktu satu bulan dan harus menggunakan antibiotik.

Bakteri tersebut biasanya terdapat di air keran yang dipakai seniman tato untuk mencerahkan warna hitam tinta. Saat ini tinta tato yang banyak dipakai untuk memberi efek bayangan pada gambar tato tersebut sudah ditarik dari peredaran.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com