Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2012, 14:29 WIB

KOMPAS.com - Banyak yang menyebutkan anak tunggal cenderung dimanja orangtua. Namun menurut sebuah penelitian anak-anak yang tidak memiliki saudara beresiko 50 persen lebih tinggi mengalami obesitas. Terlebih, anak tunggal yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah saja.

Meskipun para peneliti telah mengukur faktor berat badan orang tua, gender, dan berat lahir, anak tunggal lebih berpotensi obesitas daripada anak-anak yang memiliki saudara kandung.

Temuan para peneliti dari Sahlgrenska Akademi ini melibatkan 12.700 responden anak-anak dari 8 negara di Eropa. Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Diabetes ini muncul berdasarkan laporan 22 juta anak-anak di Eropa mengalami kelebihan berat badan.

Dalam studi penelitian ini, indeks massa tubuh (BMI) tiap responden diukur. Sementara, para orang tua diminta mengisi lembar jawaban yang berisi pertanyaan soal gaya hidup anak mereka, kebiasaan makan, bermain, serta waktu untuk menonton televisi. Hasilnya, banyak anak menghabiskan waktunya tinggal di dalam rumah serta memiliki televisi sendiri di kamarnya.

"Faktor-faktor ini kami gunakan, tetapi korelasi antara memiliki saudara kandung dan obesitas kuat. Menjadi anak tunggal tampaknya menjadi faktor di dalamnya," kata Monica Hunsberger, peneliti.

Obesitas didefinisikan memiliki kelebihan lemak di dalam tubuh. Obesitas meningkatkan risiko penyakit lain, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. Dokter menggunakan BMI (indeks massa tubuh) yang di dasarkan pada berat badan dan tinggi badan untuk menentukan apakah Anda mengidap obesitas. Kegemukan dan obesitas dapat dipengaruhi genetik dan faktor lingkungkan.

Menurut Monica, para peneliti tengah mencari setiap hubungan antara obesitas dan struktur di dalam keluarga. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana struktur keluarga bisa mempengaruhi obesitas seseorang.

"Fakta bahwa anak tunggal lebih beresiko obesitas mungkin berbeda di setiap keluarga dan lingkungannya. Kami belum dapat mengukurnya lebih rinci. Untuk memahami hubungan sebab akibatnya, kami akan memulai studi lanjutan soal keluarga mulai tahun depan," imbuh Lauren Lissner, peneliti lainnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com