Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/09/2012, 06:44 WIB

Jakarta, Kompas - Rumah singgah meringankan beban penderita kanker anak yang menjalani pengobatan dan keluarganya. Pengobatan kanker membutuhkan waktu panjang dan berkali-kali kontrol ke rumah sakit. Padahal, tidak semua penderita berdomisili dekat dengan fasilitas kesehatan.

”Dengan adanya rumah singgah, pasien dan pendampingnya dari keluarga prasejahtera tidak perlu lagi tinggal di emper rumah sakit. Biaya transportasi dari daerah asal dapat ditekan karena tidak perlu bolak-balik pulang,” kata pendiri sekaligus Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia Ira Soelisto pada peresmian tempat baru Rumah Kita, Rabu (12/9), di Jakarta.

Rumah Kita merupakan tempat tinggal sementara pasien kanker anak dan pendampingnya selama berobat. Mereka hanya membayar Rp 5.000 per hari, menjaga kebersihan, dan mandiri selama tinggal di sana. Berdiri tahun 2006, Rumah Kita menempati rumah sewaan. Berkat pengumpulan dana masyarakat dan bantuan sejumlah perusahaan, Rumah Kita kini memiliki bangunan sendiri dengan daya tampung 28 orang.

Ira mengatakan, bagi keluarga prasejahtera tersedia Jaminan Kesehatan Masyarakat untuk berobat tanpa biaya. Namun, mereka masih terkendala akomodasi dan transportasi.

Bagi pasien kanker anak, rumah singgah ini sekaligus menjadi tempat belajar agar mereka tidak putus sekolah selama pengobatan. ”Disediakan tutor untuk membantu mereka belajar,” ujarnya. Para orangtua yang menunggui anaknya juga dapat saling berbagi informasi dan menguatkan.

Pasien dan pendamping menggunakan rumah singgah selama tiga bulan hingga dua tahun. Mereka berasal dari luar Jakarta.

Dalam acara itu, Iskandar Wahidiyat, Guru Besar Emeritus Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, mengatakan, sekitar 50 persen kanker pada anak adalah leukemia (kanker darah).

Keterbatasan fasilitas di rumah sakit dan kendala biaya kerap membuat pasien kanker anak tidak bisa terlalu lama menjalani rawat inap di rumah sakit dan kemudian menjalani rawat jalan. ”Adanya rumah singgah akan mengurangi hambatan berobat sehingga mereka bersemangat tinggi dan berpengharapan dalam menjalani pengobatan,” ujarnya.

Iskandar mengatakan, sektor swasta dapat membantu mendirikan rumah singgah serupa di dekat fasilitas kesehatan yang jumlahnya di Indonesia masih terbatas.

”Di luar negeri, misalnya, perusahaan makanan cepat saji yang konsumennya anak-anak mendirikan rumah singgah bagi pasien kanker anak sebagai salah satu bentuk penyaluran dana tanggung jawab sosial,” ujar Ira yang pernah merasakan manfaat rumah singgah saat anaknya menjalani pengobatan kanker di luar negeri. (INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com