Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2012, 13:29 WIB

TANYA :

Saya baru 1 bulan menjadi seorang ayah, dan saya suami yang mendukung istri untuk bisa menyusui bayi kami dengan ASI ekslusif (6 bulan tanpa sufor). Tetapi istri saya mempunyai masalah yaitu produksi  ASInya kadang kurang mencukupi untuk kebutuhan menyusui bayi. Sebagai catatan, bayi kami laki-laki, berat lahir 3,1 kg, pada saat 2 minggu kami kontrol ke dokter spesialis  anak dan diketahui beratnya bertambah menjadi 3,64 kg.  Ditambah puting susu yang sebelah kiri cenderung tenggelam (tidak muncul), sehingga bayi hanya menyusui melalui puting kanan, dan karena bayi laki-laki frekuensi minumnya sering dan banyak, sehingga sering kali  ASInya habis.

Pada akhirnya, istri saya harus dibantu dengan susu formula. Padahal dari awal lahir, saya melarang istri untuk memberikan susu formula, tapi karena kondisi yang terjadi demikian akhirnya istri menyerah dan memberikan tambahan susu formula jika bayi masih lapar dan menangis terus saat ASInya habis. Semua cara sudah dilakukan untuk menambah produksi ASI seperti makan sayur daun katuk, makan kacang hijau dan kacang-kacangan lain, serta minum banyak air dan suplemen penambah ASI. Tetapi kondisinya masih seperti itu. Yang ingin saya tanyakan, apa yang harus dilakukan istri saya jika saat menyusui bayi kami  ASI-nya habis supaya tidak lagi menambah dengan susu formula, dan langkah-langkah apalagi yang harus dilakukan agar produksi ASI tidak habis dan dapat mencukupi kebutuhan menyusui bayi kami setiap saat dia ingin minum? Terima kasih

(Verus, 33, Bogor)

JAWAB :

Halo pak Verus,

Wah, senang nih dapat pertanyaan dari seorang ayahASI, tampaknya pak Verus sangat mendukung istri untuk memberikan ASI kepada buah hati tercinta, hebat!

Dari yang pak Verus ceritakan, sepertinya bapak khawatir ya bahwa produksi ASI istri bapak tidak akan mencukupi kebutuhan bayi laki-lakinya?

Pada prinsipnya sih pak, ASI akan diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang bayi. Bentuk dan ukuran payudara tidak pengaruh terhadap kemampuan untuk produksi ASI. Payudara yang sering disusui oleh bayi dan sering dikosongkan, justru akan semakin cepat dan semakin banyak memproduksi ASI. Bayi sering skin to skin atau kelonan sama ibunya juga baik untuk meningkatkan produksi ASI.

Mungkin kalau bapak mau, bisa bantu istri untuk cari cara mendekap bayi agar menyusui menjadi lebih nyaman, dan juga pastikan cara bayi memasukkan payudara ke dalam mulutnya sudah nyaman, sehingga bayi bisa minum ASI-nya dengan mudah. Nah, pak Verus bisa baca-baca lebih lanjut tentang ini di: http://kultwit.aimi-asi.org/2011/10/pelekatan-posisi-menyusui/ dan http://aimi-asi.org/2011/08/posisi-menentukan-prestasi/

Selanjutnya, kebalikan dari penjelasan saya di atas tadi, kalau payudara jarang dihisap oleh bayi dan tidak dikosongkan, atau bayi sudah diberikan makanan lain selain ASI terutama dengan botol dan dot, lama-lama produksi ASI memang dapat menurun.

Untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi, mungkin bapak bisa sarankan istri untuk lebih sering menyusui bayi dengan cara mendekap yang sudah nyaman, dan bapak bisa bantu pastikan bahwa ketika sedang menyusu, bayi membuka mulut lebar dan memasukkan sebanyak mungkin payudara ke dalam mulutnya. Istri bapak juga baiknya sering-sering skin to skin atau kelonan sama "baby"nya ya. Baiknya juga menghindari pemberian makanan lain melalui botol dan dot. Nanti kalau istri sudah melakukan saran-saran dari bapak, jangan lupa untuk dipuji ya. :)

Mudah-mudahan sedikit sharing saya bisa membantu ya pak, seandainya pak Verus dan istri masih menemui tantangan dalam menyusui, silahkan bertemu langsung dengan konselor menyusui AIMI di: 021 72787243.

Salam ASI!

Mia Sutanto, SH, LL.M, Lactation Counselor Chairwoman Indonesian Breastfeeding Mothers' Association (AIMI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com