Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2012, 09:05 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Paparan logam berat merkuri, kadmium, dan timbal dapat memicu autisme. Logam berat merusak jaringan saraf dan otak.

”Tingginya kandungan logam berat bisa ditemukan di rambut atau darah,” kata psikiater Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, Endang Warsiki, dalam jumpa pers di Surabaya, Rabu (31/10), menjelang Kongres Nasional II Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia pekan depan.

Endang pernah mendapat pasien anak yang menderita autisme. ”Setelah dikhelasi (pengurangan kadar logam berat), anak itu berangsur normal,” ujarnya.

Autisme pada masa kanak-kanak ditandai dengan gangguan dalam berinteraksi sosial dan kesulitan berkomunikasi. Hasil penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 80 persen penderita autisme memiliki kandungan logam berat di tubuhnya. ”Belum ada penelitian secara pasti berapa banyak kandungan logam berat yang dapat memicu autisme,” kata Endang.

Logam berat, seperti merkuri, dapat ditemukan pada asap pabrik ataupun limbah pabrik; kadmium terdapat di asap rokok, cat, dan sampah baterai; serta timbal ada di asap kendaraan bermotor.

Endang mengatakan, paparan logam berat harus diwaspadai dampaknya pada anak-anak. Penggunaan masker saat mengendarai sepeda motor ataupun bertempat tinggal aman dari limbah pabrik menjadi solusi.

Data RSU dr Soetomo menunjukkan, jumlah penderita autisme meningkat setiap tahun. Pada 2009 ada 92 pasien autisme ke RSU dr Soetomo. Pada 2010 meningkat menjadi 100 pasien dan 125 pasien pada 2011.

”Hingga Oktober 2012 sudah ada 107 pasien autisme,” kata psikiater anak dan remaja RSU dr Soetomo, Yunias Setiawati.

Yunias menambahkan, dokter harus mengetahui penyebab autisme pasien. Pasien autisme yang terpapar logam berat, misalnya, dapat diobati dengan khelasi atau detoksifikasi.

Dokter spesialis nutrisi anak, Rudi Irawan, menyatakan, selain terpapar logam berat, autisme bisa disebabkan faktor nutrisi, infeksi, rendahnya kekebalan tubuh, alergi, dan faktor genetik. (ILO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com