Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2012, 06:14 WIB

KOMPAS.com - Dalam perkembangan dunia kesehatan, ada banyak hal menarik untuk disimak. Mulai dari yang metafisika hingga yang modern, dari yang  tradisional sampai yang berteknologi canggih. Mengenai yang metafisika ini, sebut saja contoh kasus tentang tradisi  atau kepercayaan hal gaib yang masih ditemukan ditengah masyarakat tentang penyakit yakni tenung dan santet.

Menurut ilmu medis dan kesehatan tidak ada sakit akibat tenung maupun santet, salah pantangan susuk, pelet, kemasukan arwah dan sebagainya. Tetapi kenyataan di masyarakat, suka atau tidak suka, praktek penyembuhan secara non medis seperti itu masih terus tumbuh dan di"uri- uri" (diberi perhatian khusus) sebagai bagian dari warisan leluhur moyang bangsa Indonesia.

Menyadari bahwa sejarah masa lampau di dunia kesehatan itu penting, pada 3 November 2012 kemarin saya berkunjung ke museum kesehatan. Perlu diingat, penemuan nenek moyang di bidang kesehatan juga menjadi tantangan sekaligus merupakan penghargaan tersendiri atas keberhasilan dan upaya nenek moyang kita mengatasi berbagai masalah di masa lampau. Terutama di saat penyembuhan modern secara medis berbasis teknologi belum menyentuh mereka.

Manusia yang dikaruniai akal budi dan pikiran oleh Tuhan sebagai ciptaan paling mulia, akan selalu berusaha mencari jawaban atas sebuah fenomena alam dan kejadian ketidaknyamanan, sakit, kematian yang menimpa mereka pada peradaban masa lalu. Inilah sedikit catatan kunjungan saya tentang salah satu sasana yang mengapresiasi perkembangan dunia kesehatan mulai dari budaya dan tradisi hingga menuju kesehatan modern. Kuno dan ketinggalan bukan berati harus dibuang dan ditinggalkan, namun perlu diteliti dari segi daya guna dan manfaat bagi perkembangan pelayanan kesehatan.

Misteri-misteri yang menjadi salah satu sisi budaya masa lampau sejarah pengobatan tradisional tak selalu buruk atau dianggap klenik dan mitos. Sebaliknya, justru misteri tersebut membutuhkan jawaban secara keilmuan berdasar penelitian tepat guna tentang apa dan bagaimana serta mengapa nenek moyang kita melakukan hal tersebut.

Museum kesehatan yang  ada di Surabaya ini diberi nama dari salah satu mantan menteri kesehatan Indonesia yakni dokter Adhyatma MPH. Kini museum ini yang mulai dirintis sekitar tahun 1990 dan diresmikan pada tanggal 14 September 2004 ini dapat dikatakan sebagai satu-satunya jembatan penghubung bagi generasi muda masa kini untuk menilik sejarah peradaban budaya kesehatan masa lampau hingga kesehatan  jaman modern ini.

Selain itu, museum ini juga menjadi sasana tempat penyelamatan benda-benda bersejarah yang ada kaitannya dengan upaya-upaya nenek moyang kita menyembuhkan sakit penyakit, penderitaan fisik, mencapai kesehatan mental dan sebagainya. Masyarakat boleh semakin maju dan berkembang secara intelektual di bidang kesehatan, namun sejarah nenek moyang kita, tetap merupakan catatan berharga yang patut diselamatkan. Itulah yang menjadi salah satu misi dan visi dibangunnya beberapa sasana kesehatan budaya di museum kesehatan dr Adhyatma ini.

Museum  Kesehatan Adhyatma ini terletak di jalan Indrapura no 17 Surabaya. Berada satu Lokasi dengan pusat Litbang Depkes. Museum ini termasuk dalam kategori museum kesehatan. Mari kita lihat profil yang ada dalam gedung museum kesehatan ini. Ada beberapa sasana di dalamnya, namun  yang saya foto ini berkaitan dengan kesehatan umum dan kesehatan  reproduksi pada masa lampau.
  

13521534531075217811

 

1352154790892687441

 

Tak selamanya yang kuno itu ditinggalkan, seperti teknik teknik penyembuhan tradisional kerokan atau kerikan yang tergambar pada foto dinding, lalu juga berbagai racikan ramuan rempah dan akar-akaran juga serbuk bunga, daun kering yang diramu leluhur kita. Berbagai alat kesehatan penguapan dan pengasapan seperti aroma terapi dan sebagainya ternyata juga telah dikembangkan berbasis teknologi masa kini.

1352153739213040466

Metafisika masih tetap menjadi fenomena yang misterius dan menarik ditengah masyarakat modern ini, masih ingat kisah bayi paku? 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com