Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2012, 13:08 WIB

T: Ibu, saya punya anak asuh umur 5 tahun, sudah bersama saya sejak umur 3 tahun, tapi dia sangat bandel. Perilakunya cenderung memberontak dan pendendam, bila diajak belajar tak mau fokus termasuk kalau diajak berbicara juga tak mau fokus terhadap lawan bicaranya. Di sekolah pun cenderung nakal, terkadang memukul atau menggigit murid lain. Padahal teman sekolahnya tidak melakukan apa-apa terhadap anak saya.

Apa ini ada hubungannya dengan pola asuh dari keluarganya dulu yang cenderung kasar dan memukul padahal waktu itu anak saya masih kecil?  Bu, bagaimana saya harus menyikapinya? Apakah sikapnya bisa berubah di masa yang akan datang? Atau saya perlu berkonsultasi kepada psikolog? (Linda Dwi Nurannisa)

J: Mbak Linda yang luar biasa,
Menghadapi anak yang cenderung memberontak dan pendendam, membutuhkan kesabaran yang penuh kasih sayang. Ibarat sebuah batu yang sedemikian kerasnya, jika mendapat siraman air terus menerus tanpa henti, akhirnya ia akan berlubang juga, bukan? 

Pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini tentunya kedua orang tua. Dan jika anak Mbak telah menerima perlakuan kasar sejak ia masih kecil, tentu ini berpengaruh pada kondisi psikologis dia.  Berita baiknya adalah Mbak sangat bisa mengubahnya menjadi seorang anak yang peduli dan memiliki empati sekaligus kooperatif.

3 langkah sederhana berikut ini perlu Mbak lakukan bersama suami secara konsisten dengan penuh kasih sayang.

Pertama, ajaklah ia bicara dari hati ke hati secara intens. Ajaklah juga suami Mbak selaku ayahnya untuk membangun kesepakatan mengubah sikap anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang secara terus menerus. Buang sikap saling menyalahkan, termasuk menyalahkan masa kecilnya. 

Saat berbicara dari hati ke hati, tanyakan kepadanya :

Kak, mengapa kakak memukul temannya tadi?
Menurut kakak, apa kesalahan dia sehingga kakak memukulnya?
Dan bagaimana dengan Kakak? Apa kesalahan Kakak?
Apa yang kakak rasakan saat memukul atau menggigit dia?
Seandainya kakak dipukul dan digigit temannya, bagaimana rasanya Kak? Maukah Kakak dipukul dan digigit temannya? Mengapa?
 
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah salah satu cara untuk mengungkapkan sekaligus mengajaknya merasakan betapa dipukul dan digigit itu menyakitkan, serta betapa sikapnya itu tidak terpuji. Saat mengajaknya berbicara dari hati ke hati, pastikan Anda hanya bersamanya dan tidak ada orang lain. Ini penting untuk menjaga privasinya sekaligus menunjukkan bahwa setiap masalah itu perlu dibicarakan tanpa melalui kekerasan.

Kedua, apresiasi setiap tindakan positifnya terutama ketika ia tidak menggigit maupun memukul. Termasuk ketika ia memandang orang yang mengajaknya berbicara. Ucapkan terima kasih. Peluk dan ciumlah ia dengan hangat dan kasih sayang sambil membisikkan kata-kata,”Kakak hebat. Sudah bisa menyayangi temannya. Ibu bangga sekali dengan Kakak.” Mintalah ia membalas untuk memeluk dan mencium Mbak dengan erat. Lakukan ini sesering mungkin. Buatlah ia merasa aman dan nyaman dengan Anda sebagai ibunya.

Ketiga, luangkan waktu Anda dan suami untuk bermain, bercanda, tertawa, termasuk mendongeng sebelum tidur. Sisipi cerita tentang indahnya kasih sayang dan pertemanan. Ajaklah ia beribadah bersama. Jika Anda muslim, ajaklah shalat bersama, mencium tangan Anda dan ayahnya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. Peluklah ia sesering mungkin sambil membisikinya, Ibu sayang kakak. Kakak anak yang baik dan menyayangi teman.

Lakukan 3 hal tersebut di atas bersama suami secara terus menerus. Percayalah, perubahan itu pasti ada. Bahkan luar biasa. Tentunya selama Anda dan suami melakukannya dengan penuh kasih sayang dan konsisten. Tentunya, hal ini membutuhkan waktu. Jika Anda masih menemui kesulitan, berkonsultasi dengan psikolog adalah langkah berikutnya yang perlu Anda lakukan. Selamat menjalin kasih sayang dengan penuh kehangatan!

 
Ainy Fauziyah, CPC
Leadership Motivator & Coach
Penulis Buku Best Seller ‘Dahsyatnya Kemauan’

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com