Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2013, 23:03 WIB

KOMPAS.com - Orangtua biasanya melarang anak-anak mereka terlalu banyak makan permen atau makanan manis lain karena bisa merusak gigi. Dr Mark Burhene, DDS, ahli estetika gigi dan pendiri AskTheDentist.com, menyatakan bahwa anggapan tersebut sebenarnya salah besar.

"Penyebab utama kerusakan gigi bukan makanan manis, melainkan kraker atau biskuit asin. Fakta ini mengejutkan pasien saya, karena biskuit asin ini biasanya diberikan untuk balita sebagai snack," ungkapnya.

Dibanding makanan manis, biskuit asin lebih berbahaya karena mengandung pati yang sudah diproses dan difermentasi. Banyak orang yang sadar bahwa kraker asin sudah melalui banyak proses pengolahan dan mengandung bahan kimia lain yang bisa meningkatkan indeks glikemik (gula darah). Kandungan ini juga akan membuat makanan jadi lebih bersifat kariogenik (menyebabkan rongga di gigi).

Pati yang sudah diproses akan menghasilkan senyawa pati yang lebih sederhana sehingga bakteri dalam mulut lebih mudah menyantapnya. Hasilnya, mereka akan berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan keseimbangan pH mulut jadi terganggu dan menjadi lebih asam.

Celakanya, setelah berpesta dengan sisa kraker di mulut Anda, bakteri akan "membuang kotoran" sisa cernanya di mulut Anda. Hasil sisa bakteri mulut inilah yang menyebabkan timbulnya bau mulut dan kerusakan gigi. Kondisi ini akan semakin diperparah dengan lemahnya perlindungan email gigi yang tergores karena tingginya kandungan garam dalam kraker ini.

Kandungan pati yang tinggi ini bisa terlihat dari banyaknya biskuit yang lengket di mulut saat dikunyah. Semakin tinggi kandungan pati dalam kraker, maka semakin banyak bakteri yang berkembang biak.

Namun hal ini tidak berarti bahwa Anda tidak boleh menyantap kraker atau biskuit asin sama sekali. "Ada baiknya Anda mengganti kraker ini dengan kraker yang terbuat dari gandum dan biji-bijian. Tindakan ini akan memengaruhi kesehatan gigi Anda," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com