Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2013, 08:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Jumlah pengidap penyakit kusta di Indonesia masih tinggi. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat perlu ditingkatkan, terutama di kantong-kantong penyebaran penyakit.

Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada peringatan Hari Kusta Sedunia yang ke-60 di Rumah Sakit Kusta dr Sitanala, Tangerang, Rabu (13/1), tahun 2011 ditemukan 23.169 kasus baru kusta. Peringatan sejatinya jatuh pada 27 Januari, mengambil tema ”Hapus Stigma dan Diskriminasi terhadap Kusta”.

Dari segi persebaran, ada 14 provinsi dengan tingkat penemuan kasus lebih dari 10 per 100.000 penduduk, antara lain Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah kasus terbanyak, 5.284 kasus.

Dengan jumlah itu, Indonesia menempati urutan ketiga jumlah pengidap kusta terbanyak di dunia setelah India (127.295) dan Brasil (33.955). Urutan belum berubah sejak tahun 2009. Waktu itu tercatat 17.260 kasus.

Di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki tempat teratas. Myanmar di urutan kedua dengan 3.082 kasus, Filipina ketiga (2.936). Dua negara tetangga Indonesia, Malaysia hanya 216 kasus dan Singapura 11 kasus.

Menkes tidak menampik jumlah kasus di lapangan bisa melampaui angka yang terdata. Kondisi sanitasi yang buruk, belum gencarnya edukasi kesehatan, ditambah faktor kemiskinan menjadi penyebab meningkatnya jumlah pengidap kusta.

Fokus Kemenkes ke depan adalah mengurangi jumlah kasus di kantong-kantong endemis. Caranya dengan melakukan promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). ”Tenaga kesehatan di tingkat puskesmas akan digerakkan untuk melakukan edukasi dan penyebaran informasi hidup bersih dan sehat langsung kepada masyarakat,” ujar Nafsiah.

Upaya penemuan kasus sejak dini akan terus digalakkan. Informasi dari masyarakat, terutama anggota keluarga, ke tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Dengan demikian, pengobatan dapat dilakukan lebih awal.

Ditanya kendala infrastruktur di kawasan timur Indonesia, Nafsiah mengatakan, pendidikan berbasis media menjadi salah satu pilihan. PHBS bisa dilakukan melalui selebaran, brosur, poster, dan bahkan melalui layanan pesan singkat (SMS).

Manajer Program Malaria dan Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia Anand B Joshi menyatakan, Indonesia telah berusaha keras mengeliminasi kusta. Upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan dan promosi hidup sehat diprioritaskan. ”Dengan usaha gigih seperti yang dilakukan beberapa tahun terakhir, lima tahun ke depan, Indonesia bisa bebas kusta,” katanya.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, untuk promosi dan edukasi kesehatan, segala sumber daya akan dikerahkan seefektif mungkin.

Menkes mengemukakan, minimnya pengetahuan masyarakat membuat pengidap kusta dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) dikucilkan dari pergaulan sosial. Padahal, OYPMK yang sembuh total tidak lagi menularkan kusta. Edukasi yang benar tentang kusta akan beriringan dengan promosi PHBS. OYPMK juga akan diberdayakan. Di akhir acara, Menkes meresmikan Gedung Poliklinik Kusta Terpadu RSK dr Sitanala. (K01)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com