Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dera Tak Tertangani, Tantangan KJS?

Kompas.com - 19/02/2013, 00:32 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pasangan suami istri mana yang tidak bahagia dikaruniai anak. Perasaan sama dirasakan pasangan muda Lisa Darawati (20 tahun) dan Elias Setya Nugroho (20), apalagi mereka dikaruniai sepasang anak kembar perempuan.

Sayang, kebahagiaan tak lama. Kedua bayi yang lahir prematur butuh perawatan, tetapi rumah sakit yang menerima pasien dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) tak bisa melayani karena keterbatasan peralatan dan ruang rawat.

"Waktu dibilang anaknya kembar, saya langsung senang. Cuma sedih saat langsung dibilang ada kelainan karena prematur soalnya cuma tujuh bulan (dalam kandungan)," tutur Lisa saat ditemui di rumahnya di RT 014/RW 06, Jati Baru, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Senin (18/2/2013). Anak kembar ini diberi nama Dera Nur Anggraini dan Dara Nur Anggraini.

Karena lahir prematur, kedua anak Lisa harus mendapat perawatan intensif. Keduanya harus berada di inkubator. Selain itu, kata Lisa, Dera didiagnosis mengalami gangguan pencernaan dan kelainan tenggorokan. "Kalau dimasukin susu (ASI), tidak bisa masuk," ujar dia. Kedua anak Lisa juga harus berada di inkubator.

Lisa mengakui keluarganya belum memiliki Kartu Jakarta Sehat (KJS). "Masih proses pembuatan," ujar dia. Namun, Lisa mendapatkan layanan gratis melahirkan di RS Zahira karena memiliki kartu keluarga dan KTP DKI Jakarta serta mendapatkan SKTM.

Sayangnya, RS Zahira tidak memiliki peralatan memadai untuk merawat Dera. Surat rujukan pun dikeluarkan untuk pengantar ke rumah sakit yang memiliki peralatan lebih lengkap.

Namun, surat rujukan itu pun gagal memberikan perawatan intensif untuk Dera. Elias sudah mendatangi beberapa rumah sakit besar, tetapi semuanya mengatakan tidak ada lagi tempat untuk Dera. Rumah sakit yang sempat didatangi Elias, antara lain RS Fatmawati, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RS Harapan Kita, RS Harapan Bunda, RS Santo Carolus, RS Tria Dipa, RS Asri, RS Budi Asih, RS JMC, dan terakhir RSPP.

"Aku juga kurang tahu alasan jelasnya (Dera tidak bisa masuk ke beberapa rumah sakit itu)," ujar Lisa. Sebab, kata dia, proses mencari rumah sakit rujukan itu dilakukan suaminya. "Katanya pada bilang tempatnya penuh."

Kebahagiaan Lisa dan Elias pun luruh dengan meninggalnya Dera, Sabtu (16/2/2013). Dera meninggal di rumah sakit tempatnya lahir, RS Zahira. Sepekan dirawat di rumah sakit tersebut, kondisi Dera terus memburuk karena tidak mendapatkan perawatan dengan peralatan yang diperlukan.

Dera dimakamkan pada Minggu (17/2/2013) di permakaman tidak jauh dari rumahnya. Sementara saudara kembarnya, Dara, akhirnya dapat dirujuk ke rumah sakit lain, yaitu ke RS Tarakan, Tomang, Jakarta Barat. "Dara mulai membaik, masih di inkubator karena ada permasalahan karena kan prematur," tutur Lisa.

Keterangan RS Zahira

Sebelumnya, RS Zahira menyatakan, setelah kelahiran, Dera dirawat di Ruang Perinatal. Namun, karena kondisi Dera terus melemah, tim dokter RS Zahira menyatakan Dera harus dirawat di rumah sakit yang memiliki neonatal intensive care unit (NICU), ruang perawatan bagi bayi baru lahir yang memiliki gangguan kesehatan.

"Karena fasilitas minim, bayi dirujuk ke RS lain yang punya fasilitas lebih baik, tentu dengan RS yang melayani KJS. Sebelum dirujuk ke RS lain, bayi masih dirawat di RS Zahira supaya bayi tidak telantar," kata Direktur Utama RS Zahira, Andi Erlina, dalam konferensi pers, Senin (18/2/2013).

Erlina Lisa datang ke RS Zahira setelah mendapat rujukan dari Puskesmas Pasar Minggu 2 pada Minggu (10/2/2013). Lisa tiba di RS Zahira sekitar pukul 21.30 WIB. Lisa melahirkan kedua anak kembarnya melalui operasi caesar dengan pertimbangan kondisi mata Lisa yang minus delapan dan usia kandungan belum mencapai sembilan bulan.

"Bayi pertama (Dera) lahir pada pukul 23.40 WIB dengan berat 1.000 gram dan panjang 36 cm. Bayi kedua (Dara) lahir pukul 23.42 WIB dengan berat 1.400 gram dan panjang 39 cm," urai Erlina. Terkait kondisi Dera, ujar dia, RS Zahira menghubungi lima rumah sakit. Namun, kelima rumah sakit itu tidak bisa menampung dengan alasan penuhnya kamar perawatan. Erlina menolak menyebutkan lima rumah sakit tersebut.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com