Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2013, 09:46 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

Selama ada aktivitas manusia, di sanalah tikus berkembang biak. Saat bencana tiba, baik banjir, letusan gunung api, maupun kebakaran hutan, tikus-tikus pun keluar sarang mencari aman. Pada sisi lain, hal itu menebarkan ancaman leptospirosis pada manusia.

Di negara empat musim, tikus mendekati manusia untuk mencari hangat. Di daerah tropis, tikus mendekati permukiman karena makanan,” kata ahli hama tikus Institut Pertanian Bogor, Swastiko Priyambodo, akhir Januari lalu.

Ini membuat leptospirosis—penyakit yang disebarkan melalui kencing tikus—menjadi penyakit yang ditularkan dari binatang ke manusia dengan sebaran terluas di dunia. Penyakit ini juga ada di negara maju meski tak sebanyak di negara berkembang. Leptospirosis di daerah tropis menyerang saat musim hujan.

Leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira yang patogen (menyebabkan penyakit). Bentuknya spiral, bergerak maju mundur lentur. Panjangnya 10-20 mikromete, tebal 0,1 mikrometer. Sulit diamati.

Bakteri ini biasanya ada di ginjal binatang dan menyebar lewat kencing. Meski sebagian besar dibawa dan ditularkan tikus, sejumlah binatang ternak, peliharaan, atau binatang liar lain bisa membawa bakteri Leptospira ini. Binatang lain pembawa bakteri Leptospira seperti sapi, kambing, babi, domba, anjing, serta kucing.

Leptospirosis dilaporkan pertama oleh Adolf Weil pada 1886. Karena itu, penyakit ini juga dikenal sebagai Weil’s disease. Di Indonesia, pertama kali dilaporkan Van der Scheer di Batavia pada 1892. Meski demikian, Leptospira baru diidentifikasi pada 1915.

Ada dua jenis bakteri Leptospira, yaitu Leptospira L interrogans yang menimbulkan penyakit dan Leptospira L biflexa yang nonpatogen.

Penularan dan kerentanan

Kusmiyati dkk dalam ”Leptospirosis pada Hewan dan manusia di Indonesia” dalam Wartazoa Volume 15 Nomor 4 Tahun 2005 menyebut, sejak keluar dari kencing tikus, bakteri ini bisa hidup di air tawar sekitar sebulan. Bakteri ini peka asam, tetapi di air basa mampu hidup hingga 6 bulan. Mati di air laut, air selokan, atau air kencing tikus tak terencerkan.

Bakteri ini biasanya masuk tubuh manusia secara tak langsung. Leptospira di lingkungan berair atau berlumpur masuk melalui luka. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mukosa (jaringan yang mengeluarkan lendir) mulut, hidung, atau mata saat berenang. Penularan langsung dari kencing hewan ke manusia jarang terjadi.

Kelompok rentan leptospirosis, antara lain, petani, pekerja tambang, peternak, nelayan perairan darat, pekerja di rumah potong hewan, dokter dan perawat hewan, serta orang-orang di instalasi pengolah limbah. Mereka yang gemar berolahraga air juga rentan. Warga biasa berisiko tertular setelah banjir.

Pusat Informasi Leptospirosis (The Leptospirosis Information Center) menyebut, masa inkubasi hingga muncul gejala penyakit 3-14 hari. Kadang-kadang sampai 21 hari.

Gejala leptospirosis tak muncul 24 jam pertama sejak kuman masuk. Jika muncul gejala penyakit di rentang waktu itu, kemungkinan besar disebabkan kuman lain yang turut masuk, seperti Escherichia coli atau Cryptosporidium penyebab diare.

Gejala umum leptospirosis adalah demam tinggi, sakit kepala, mual muntah, dan nyeri otot. Jika terjadi peradangan selaput lendir mata, mata menguning, anemia, gangguan saraf, gagal ginjal, pembesaran hati dan limpa hingga kencing darah yang menandakan leptospirosis parah. Namun, hanya 10 persen penderita dengan gejala berat karena terlambat ditangani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com