Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/02/2013, 13:13 WIB

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, para ahli menyebutkan pemeriksaan ultrasound pada bayi baru lahir bisa memprediksi risiko autisme, terutama pada bayi yang lahir dengan berat rendah.

Studi yang dilakukan oleh tim dari Michigan State University (MSU) ini menyebutkan, bayi yang lahir dengan berat rendah beresiko tujuh kali lebih besar mengembangkan sindrom autisme di kemudian hari. Hal tersebut diperkuat dengan pemeriksaan ultrasound langsung setelah bayi baru lahir dan menunjukkan tanda-tanda pembengkakan bilik jantung serta rongga otak yang menyimpan cairan tulang belakang.

Pembengkakan bilik jantung lebih umum terjadi pada bayi prematur yang mengindikasikan kehilangan materi putih yang merupakan jaringan ikat di otak.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pediatrics ini mungkin menunjukkan sebuah metode deteksi dini autisme yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas.

Kemajuan ilmu pengetahuan sejauh ini belum mampu memahami gangguan spektrum autisme secara lebih jelas. Ada banyak hasil-hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini yang mengaitkan antara autisme dengan pengaruh lingkungan. Kebanyakan autisme dapat didiagnosa sejak usia dua atau tiga tahun dan akan menjadi lebih jelas gejalanya seiring bertambahnya usia.

"Selalu ada pertanyaan pada usia berapa anak mulai mengembangkan gangguan," kata ketua studi Tammy Movsas yang juga asisten profesor klinis pediatri di MSU dan direktur medis dari Midland County Departement of Public Health.

Movsas menambahkan, studi ini menunjukkan bahwa pemindaian ultrasound dalam beberapa hari pertama kehidupan mungkin sudah dapat mendeteksi kelainan otak yang menunjukkan risiko lebih tinggi menderita autisme.

Movsas dan rekannya menganalisis data dari 1.105 bayi dengan berat lahir kurang yang lahir pada pertengahan 1980-an. Bayi-bayi itu dipindai bagian tengkorak kepalanya dengan ultrasound, sehingga peneliti dapat mencari hubungan antara kelainan otak pada bayi dengan gangguan kesehatan yang berkembang kemudian.

Kemudian peneliti menunggu hingga bayi itu berusia 16 tahun kemudian diskrining untuk mengetahui apakah mereka mengidap autisme. Sebagian peserta bahkan menjalani pemeriksaan yang lebih ketat pada usia 21 tahun. Kemudian, para peneliti menemukan adanya 14 kasus autis positif.

"Studi ini menunjukkan harus adanya penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami tentang hilangnya materi putih yang mengganggu proses neurologis sehingga menentukan autisme," kata anggota studi Nigel Paneth, seorang ahli epidemiologi MSU "Ini merupakan petunjuk penting untuk masalah di otak yang mendasari autisme," simpulnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com