Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Eliminasi Malaria di Indonesia 2030

Kompas.com - 23/04/2013, 02:45 WIB

Sebagai negara kepulauan dengan begitu banyak daerah terpencil dan sulit dijangkau, mampukah Indonesia bebas malaria? Banyak tantangan yang dihadapi dalam upaya eliminasi malaria, antara lain belum adanya pengobatan efektif, bahkan terjadi resistensi terhadap sejumlah obat antimalaria.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 25 April sebagai Hari Malaria Sedunia (HMS). Pencanangan ”Menuju Indonesia Bebas Malaria” tahun 1998 langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian terbit Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030.

Tahapan eliminasi dimulai dari Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Bali, dan Batam pada tahun 2010. Selanjutnya, Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015. Tahap ketiga adalah Sumatera (kecuali Aceh dan Kepulauan Riau), NTB, Kalimantan, dan Sulawesi pada tahun 2020. Terakhir adalah Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, NTT, dan Maluku Utara, pada tahun 2030.

Indikator sebuah daerah bebas malaria adalah annual parasite incidence (API) di bawah 1 per 1.000 penduduk, tidak terdapat kasus malaria pada penduduk lokal yang tidak pernah bepergian, dan adanya pengamatan ketat keluar-masuknya penduduk di wilayah terkait.

Data nasional Kementerian Kesehatan saat ini, API malaria 1,25 per 1.000 penduduk dengan cakupan pemeriksaan dengan konfirmasi laboratorium mencapai 90 persen. Namun, di daerah kantong malaria, API masih tinggi dan cakupan pemeriksaan konfirmasi rendah.

Sejarah

Cikal bakal nyamuk Anopheles sp, pembawa dan penular malaria, telah ada sejak era Paleozoicum, periode Silurian, sekitar 425 juta tahun sebelum Masehi (SM), kemudian berevolusi menjadi nyamuk. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles, Inggris, berumur sekitar 35 juta tahun. Fosil tertua manusia (Homo sapiens) berumur sekitar 1,5 juta tahun. Berarti, nyamuk lebih dulu ada di Bumi, baru kemudian manusia.

Hippocrates (Yunani) pada abad ke-5 SM merupakan dokter pertama yang merinci gambaran klinis beberapa jenis penyakit malaria.

Sejarah daur hidup malaria ditemukan oleh Laveran di Aljazair tahun 1880 yang menemukan parasit malaria pada darah manusia. Tahun 1886, Golgi dari Italia menemukan Plasmodium vivax dan P malariae. Celli dan Marchiava tahun 1890 menemukan P falciparum. Ross pada tahun 1897-1898 di India menemukan daur hidup parasit di nyamuk pada 25 April. Tanggal itu kemudian dipakai untuk memperingati Hari Malaria Sedunia.

Di Indonesia, sejarah malaria dimulai awal tahun 1900-an dengan jumlah penderita 30 juta orang dengan 120.000 kematian. Tahun 1919, dimulai kegiatan antilarva dan penyehatan lingkungan. Tahun 1952, Pemerintah Indonesia melaksanakan pemberantasan malaria dengan membuat Komando Operasi Pembasmian Malaria (Kopem).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com